Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Unhas

Unhas Kukuhkan Dua Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin (Unhas) mengukuhkan dua guru besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP).

Penulis: Rudi Salam | Editor: Suryana Anas
Unhas
Unhas mengukuhkan dua guru besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Selasa (232021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Universitas Hasanuddin (Unhas) mengukuhkan dua guru besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP).

Acara tersebut berlangsung di Ruang Senat Akademik Unhas, Kampus Tamalanrea, Makassar, Selasa (2/3/2021). 

Prosesi pengukuhan dihadiri Rektor Unhas, para Wakil Rektor, Sekretaris Universitas, Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Akademik, Dewan Professor, Majelis Wali Amanat, serta tamu undangan terbatas dari keluarga profesor yang dikukuhkan. 

Dua guru besar yang dikukuhkan yakni: 

1. Prof. Dr. Ir. Hilal Anshary, M.Sc., sebagai guru besar ke-415 bidang ilmu Parasit dan Penyakit Ikan. Lahir di Pangkajene Kepulauan pada 12 Oktober 1967. 

2. Prof. Dr. Ir. H. Zainuddin, M.Si., sebagai guru besar ke-416 bidang ilmu Biokimia Nutrisi Ikan, lahir di Maros pada 21 Juli 1964.

Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, menyampaikan apresiasi atas bertambahnya dua guru besar FIKP Unhas. 

Dia menuturkan, bertambahnya guru besar maka harapan Unhas kepada FIKP juga lebih besar. 

Apalagi, kata Prof Dwia dua bidang keahlian ini sangat diperlukan dalam mendukung kinerja Unhas dalam rangka mewujudkan Sains Techno Park.

"Hadirnya Sains Techno Park Unhas diharapkan bisa membuka jalan lebih luas dalam proses hilirisasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya bidang kelautan. Unhas sudah memiliki marine station dan tambak, sekarang tinggal perlu sentuhan nyata para ahli untuk melakukan pengembangan," jelas Prof Dwia via rilis.

Lebih lanjut, Prof Dwia mengatakan penambahan guru besar maka diharapkan ilmu pengetahuan meningkat dengan pendekatan yang lebih bijak. 

Era pandemi yang dihadapi memiliki segala bentuk hikmah untuk ilmu pengetahuan. 

"Olehnya itu, para pakar Unhas bisa memberikan sumbangan nyata misal dalam membangun sektor kelautan berkelanjutan," tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, masing-masing professor yang dikukuhkan menyampaikan pidato pengukuhannya.

Prof. Dr. Ir. Hilal Anshary, M.Sc.

Prof Hilal menyampaikan pidatonya mengenai "Dampak Infeksi Patogen Terhadap Perkembangan Industri Akuakultur di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya".

Dijelaskan bahwa akuakultur merupakan proses pemeliharaan ikan pada wadah atau kolam terkontrol yang pada awalnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan. 

Prof Hilal menjelaskan produksi perikanan dari industri akuakultur memperlihatkan trend pertumbuhan yang meningkat sepanjang tahun. 

"Saat ini, diperkirakan bahwa akuakultur berkontribusi sekitar 44% dari suplai produksi perikanan dunia," jelasnya.

Lebih lanjut, Prof Hilal menyampaikan pesatnya perkembangan budidaya erat kaitannya dengan ditemukan teknik breeding terhadap beberapa jenis organisme akuatik, sehingga hewan akuatik yang dibudidayakan saat ini tidak hanya didominasi dari satu jenis ikan, tetapi mencakup berbagai spesies.

Disisi lain, kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit pada industri akuakultur sangat besar. 

Selain kerugian ekonomi berupa kematian ikan, juga berdampak pada hilangnya lapangan kerja beberapa sektor seperti pada kasus udang windu dimana sebagian besar pembenihan skala rumah tangga tidak memproduksi lagi benih udang windu karena permintaan yang kurang.

"Di Indonesia, peranan akuakultur akan menjadi sangat penting. Saat ini potensi lahan yang tersedia untuk budidaya ikan masih sangat besar, karena dari potensi lahan yang ada baru dimanfaatkan sebesar 29.8%, sedangkan lahan tambak baru dimanfaatkan sebesar 22.5%. Untuk menghindari munculnya penyakit pada ikan budidaya tersebut dapat dilakukan banyak hal salah satunya pengendalian lalu lintas ikan serta perbaikan genetik produk benih/induk," jelas Prof Hilal.

Prof. Dr. Ir. H. Zainuddin, M.Si

Pidato pengukuhan selanjutnya disampaikan oleh Prof Zainuddin yang mengangkat judul "Pengembangan Pakan Rendah Protein untuk Menunjang Produksi Udang Vaname yang Efisien".

Dijelaskan bahwa Udang Vaname merupakan salah satu jenis udang yang memiliki daya tahan relatif tinggi terhadap penyakit. 

Jenis udang ini lebih toleran terhadap perubahan lingkungan. Dalam proses pemeliharaan, ketersediaan pangan menjadi salah satu faktor penting. 

Keberhasilan proses budidaya udang Vaname ditentukan oleh kualitas pakan yang digunakan dan pemberian pakan yang baik. 

Pakan udang rendah protein menjadi salah satu solusi yang dapat diberikan. Dimana, memiliki keunggulan secara teknis dan ekonomis. 

"Penggunaan pakan udang rendah protein mampu menekan biaya produksi sekitar 12% dari total biaya produksi pada satu siklus pemeliharaan," katanya.

Lebih lanjut, Prof Zainuddin menuturkan pakan yang kandungan proteinnya terlalu tinggi selain menyebabkan biaya produksi tinggi, juga berpotensi menurunkan kualitas media budidaya. 

Olehnya itu, pemanfaatan pakan buatan dengan kadar protein rendah perlu terus dikaji agar harga pakan buatan dapat terjangkau oleh petani dan pihak industri pakan udang tidak terlalu bergantung pada impor tepung ikan.

"Dengan memanfaatkan karbohidrat yang lebih tinggi dalam formulasi pakan udang melalui mekanisme protein sparring effect, paling tidak biaya produksi dapat ditekan dan mampu mengemilir buangan ammonia-N ke dalam lingkungan budidaya," jelas Prof Zainuddin. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved