Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Edukasi

Mengenal Tari Legong, Tari Tradisional Bali, Sejarah dan Perkembangannya

Tari Legong merupakan tarian tradisional Bali yang memiliki gerakan kompleks berupa perpaduan antara gerakan penari dengan iringan musik gamelan

Editor: Suryana Anas
ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA via Kompas.com
Dua seniman membawakan Tari Legong Prabu China dalam pagelaran tari klasik Bali di Pesta Kesenian Bali ke-41, Denpasar, Bali, Kamis (27/6/2019). Tari tersebut merupakan bagian dari Tari Legong Keraton yaitu salah satu dari sembilan tari Bali yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO.(ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Adik-adik Tribuners, ada yang tahu tari Legong? Tari Legong merupakan salah satu tari yang ada di Bali

Tari Legong merupakan tarian tradisional Bali yang memiliki gerakan kompleks berupa perpaduan antara gerakan penari dengan iringan musik gamelan.

Dikutip dari buku Bali: Bali dan Sekitarnya (2012) karya Dayat Suryana, Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tubuh pengiring yang konon merupakan pengaruh gambuh.

Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya luwes atau elastis dan kemudian diartikan sebagai gerakan lemah gemulai. Selanjutnya kata "gong" yang memiliki arti gamelan.

Dengan demikian Legong mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang menggiringnya. Gamelan yang dipakai untuk mengiring tari Legong dinamakan Gamelan Semar Pagulinga.

Tari Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19.

Konon, ide tari tersebut diawali oleh seorang pangeran dari Sukawati dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai.

Di mana diiringi gamelan yang indah. Saat pangeran pulih, mimpinya tersebut kemudian dituangkan dalam tarian dengan gamelan lengkap.

Awalnya, penari Legong yang baku merupakan dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton.

Kedua penari tersebut dinamakan legong, yang mana saat menari selalu dilengkapi kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.

Perkembangan tari Legong

Sejak abad ke-19 tampak ada pergeseran tari Legong, dari dari istana ke desa.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), wanita-wanita yang pernah mengalami latihan di istana kembali ke desa dan mengajarkan tari Legong kepada generasi berikutnya.

Banyak sakeha (kelompok) Legong terbentuk dan menyebar dibeberapa daerah di Bali, khususnya di daerah Gianyar dan Badung.

Pada perkembangan selanjutnya, tari Legong bukan lagi merupakan kesenian istana, tapi menjadi milik masyarakat umum.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved