Gempa Sulbar
Ikatek Unhas Bagi Bantuan ke Warga Pulau Karampuang, Mereka Sangat Butuh Air Bersih dan Tenaga Medis
Tim relawan Ikatek Unhas pada penyaluran bantuan hari kelima, sedari pagi fokus di 11 titik daerah pengungsian yang ada di Pulau Karampuang
Penulis: Nurhadi | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU – Tim relawan kemanusiaan Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin ( Ikatek Unhas) terus bergerak menyalurkan bantuan di wilayah Mamuju pada hari kelima pascagempa, Selasa (19/1/2021).
Tim relawan Ikatek Unhas sedari pagi fokus menyalurkan bantuan di 11 titik daerah pengungsian yang ada di Pulau Karampuang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
Baca juga: Hari Keempat Pascagempa, Relawan Ikatek Unhas Salurkan Bantuan di 4 Titik Pengungsian di Mamuju
Baca juga: Ikatek Unhas Peduli Galang Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Masamba di Luwu Utara, Kirim ke Sini?
Penyaluran bantuan oleh tim Ikatek Unhas berupa kebutuhan bahan pokok makanan, obat-obatan, perlengkapan bayi hingga bahan bakar minyak (BBM).
Koordinator Tim Relawan Ikatek Unhas untuk Gempa Sulbar Majene-Mamuju, Muh Syukri Turusi mengatakan, bantuan diangkut dari Posko Induk Ikatek dengan menggunakan mobil dan dilanjutkan dengan perahu.
Posko Induk Ikatek Unhas Bencana Gempa Majene-Mamuju di Jl AP Pettarani, Samping kantor Pengadilan Negeri Mamuju, Sulawesi Barat.

“Aktivitas Tim Relawan Ikatek Unhas pada hari kelima ini berlanjut dengan distribusi logistik di 11 dusun di Pulau Karampuang,” kata Muh Syukri Turusi.
“Kali ini penyaluran bantuan ke lokasi pengungsian cukup sulit dijangkau dan terisolir, karena di Pulau yang aksesnya lewat.
"Kita menggunakan kapal kayu untuk menyeberang,” tambah Ruli –sapaan akrab Muh. Syukri Turusi.
Nelayan Masih Trauma
Seorang warga Karampuang bernama Pak Irwan mengatakan warga belum ada yang berani melaut. Baik untuk mencari ikan maupun sekadar menyeberang ke Mamuju.
“Belum ada yang berani turun ke laut Pak. Warga di pulau masih trauma pak, gempanya keras sekali.
"Warga pulau yang sehari-hari nelayan, juga masih belum berani untuk kembali melaut dikarenakan masih trauma,” ungkap Irwan.
Adapun penyaluran di beberapa titik pengungsian di Pulau Karampuang tersebut masih melibatkan penanggung jawab yakni alumni Perkapalan 2001 Lukman dan alumni Geologi 2001 Sumarlin.
Akses menuju Pulau Karampuang belum kembali normal pasca Gempabumi 6.2 SR, Jumat (15/1/2021) lalu.
Tidak ada kapal kayu yang biasanya beroperasi hilir mudik dari pulau ke daratan Mamuju.
