Era Baru Peta Politik Sulsel
Citizen Analisis:Arah Baru Peta Politik Sulsel,Era Anak Muda,Rusdi Masse (RMS)& Andi Iwan Aras (AIA)
Pilkada Serentak 2020 semakin menyegerakan era baru peta politik Sulsel.Muncul tokoh muda seperti Rusdi Masse (RMS),Andi Iwan Aras (AIA),dan lain-lain
Mereka anak muda yang menjadi Timsesnya praktis memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, dan twiter sebagai alat kampanyenya.
Kekuatan media sosial menjadi peluang sekaligus tantangan baru bagi para kandidat kepemimpinan yang layak memimpin masa depan.
Teknologi dan demokrasi seperti menjadi peluang sekaligus tantangan baru bagi politik di Sulsel. Peluang, karena dengan teknologi, profil atau leadership seseorang figur politik akan dengan mudah diakses.
Positif maupun negatif. Demokrasi juga memungkinkan orang per orang yang sebelumnya tidak punya trah politik—sebutlah bukan siapa-siapa (nobody), namun memiliki peluang yang sama dengan mereka yang notabene lahir dan besar dengan klan politik kekerabatan yang telah mapan (somebody).
Inilah yang menjadi tantangan berikutnya. Yaitu, bila selama ini politik kepemimpinan di Sulsel masih didominasi oleh hubungan patron kekerabatan dan kekeluargaan, di beberapa kabupaten/kota, maka dengan menguatnya teknologi internet pada satu sisi dan berkembangan politik elektoral demokrasi, kesempatan ini menjadi lebih cair, terbuka bagi semua kandidat. Itu artinya publik sebagai pemilik suara memiliki banyak pilihan. Tidak terbatas pada kandidat-kandidat lama.
Dengan mudah publik mengenal panggung politik Sulsel pada sejumlah tokoh seperti Jusuf Kalla-Aksa Mahmud, Syahrul Yasin Limpo dan klan keluarganya, Nurdin Halid, Ilham Arief Siradjudin atau Aco, Nurdin Abdullah, serta Amran Sulaiman.
Pengaruh mereka pada jalannya perubahan peradaban sosial politik di Sulsel sungguh kuat. Namun publik memerlukan semangat dan tokoh baru yang gandrung pada perubahan. Tokoh baru itu adalah yang energik, lincah, cekatan, dan para petarung. Inilah arah baru politik Sulsel.
Meski tidak akan hilang sepenuhnya, peta politik kekerabatan dan kekeluargaan di Sulsel dari bayang-bayang tokoh lama, namun pastinya politik Sulsel akan sangat dinamis. Sehingga, tepatlah pepatah yang mengatakan: “Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.”
Kondisi politik kekerabatan atau politik dinasti tidak akan sepenuhnya hilang di bumi Sulawesi Selatan ini, namun, kekuatanya dapat dikatakan akan semakin melemah.
Lihat saja dalam beberapa moment Pilkada dan Pileg di mana ada kandidat yang berafilisasi dengan keluarga tertentu, tidak dipilih oleh rakyat. Meski secara jaringan elite dan kekuasaan tidak diragukan publik. Namun nyatanya publik punya pilihan lain bagi para calon pemimpinnya.
Tantangan politik sulsel adalah cairnya dukungan masyarakat terhadap politik. Tidak serta merta kandidat yang diusung oleh partai banyak akan menjadi pemenang. Karena daulat adalah rakyat sendiri. Pilwali Makassar 2020 dan Pilwali Makassar 2018 menjadi pelajarannya, bagaimana seharusnya partai politik dekat dengan rakyat yang memiliki kedaulatan sebagai pemilik suara.
Muda Berpreatsi dan Petarung
Dengan arah politik Sulsel seperti itu, maka tidak paling tidak kita dapat menyebut sejumlah tokoh muda yang berpeluang dan berpotensi besar menjadi kandidat pemimpin Sulsel masa depan.
Para kandidat ini tidak dapat dianggap enteng, dan tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah Rusdi Masse (RMS), Andi Iwan Aras (AIA), dan Taufan Pawe (TP). Ketiganya adalah sosok yang sangat potensial memimpin Sulsel mendatang. Dengan salah satu modal mereka, adalah Nakhoda 3 Parpol besar dan pemenang Pilkada.
Ketiganya, Rusdi Masse (RMS), Andi Iwan Aras (AIA), dan Taufan Pawe (TP) berpengalaman memimpin, punya kapital besar, berwatak petarung. Itu artinya ia akan menjadi kandidat terkuat head to head dengan para kandidat yang selama ini dikenal memiliki jaringan politik kekerabatan.