Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Gus Dur

SATU di antara sekian banyak yang patut direplikasi dari seorang Gus Dur adalah cara ia menyiapkan diri muncul sebagai seorang politisi kebangsaan.

Editor: Edi Sumardi
DOK TRIBUN TIMUR
Abdul Karim, penulis dan pengamat demokrasi 

Lalu ia mulai bergulat dengan tulisan-tulisan Plato dan Aristoteles, serta pemikir-pemikir penting dari cendekiawan Islam abad pertengahan.

Gus Dur juga akrab dengan buku-buku para pemikir modern Barat.

Sebut saja mahakarya Karl Marx, Das Kapital; novel-novel William Faulkner; filsafat Plato, Thalles; Little Red Book karya Mao Zedong; dan What Is To Be Done nya Valdmir Lenin.

Gus Dur gemar pula membaca biografi tokoh-tokoh besar Amerika, utamanya Abraham Lincoln, Harry S Turman, dan Franklin D Roosevelt.

Dengan itu semua, kentara bila Gus Dur menyiapkan diri dengan matang sebelum ke politik.

Pasca itu, ia lalu menempa dirinya sebagai intektual publik.

Pertengahan 1970-an tulisan-tulisannya mulai terbit secara teratur di majalah Tempo.

Di sini Gus Dur adalah penulis produktif sebelum berpolitik.

Gus Dur lalu masuk dalam lingkaran intelekual muda yang disegani saat itu, yakni, Lembaga Pengkajian Pengetahuan, Pendidikan, Ekonomi, dan Sosial (LP3ES).

Di sana ia berjumpa sejumah intelektual tersohor, antara lain; Adi Sasono, Dawam Rahardjo, dan Aswab Mahasin.

Gus Dur lantas jadi salah satu kontributor tetap bagi jurnal Prisma terbitan LP3ES.

Prisma adalah sebuah jurnal intelektual-aktivis yang cukup populer saat itu.

Di situ pulalah Gus Dur semakin massif membangun hubungan dengan pesantren, khususnya di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Ia bekerja di LP3ES dalam program pengembangan pesantren.

Di sini, Gus Dur melatih diri melayani ummat.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved