Penanganan Covid
ULASAN PAKAR 6 Penyebab Corona di Sulsel Tak Kunjung Landai, Andil Pemerintah Pusat dan Ilusi Vaksin
Cek Update Corona Sulsel Senin 28 Desember 2020 penyebab Covid-19 masih ganas di Sulsel. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah butuh bantuan seluruh pihak
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Mansur AM
Pertama, perbedaan iklim. Ada kecenderungan kasus C19 mengalami percepatan pertumbuhan di musim hujan atau musim dingin dibanding musim kemarau atau panas.
Kedua, C19 mengalami penyebaran yang cepat di lingkungan keluarga yang padat, dengan ventilasi rumah yang buruk.
Ketiga, mutasi C19 yang terus berlangsung dengan daya tular yang lebih cepat hingga 70 persen menjadi mimpi buruk bagi penanganan C19.
Meskipun belum cukup bukti tentang angka fatalitas kasusnya yang lebih tinggi atau sebaliknya. Namun demikian, dengan penularan yang tinggi via aerosol, maka perlu pendekatan baru yang lebih agressif.
Keempat, karakter penduduk yang sulit berperilaku disiplin. Literasi kesehatan yang rendah. Mudah mempercayai berita hoax, kritis, temperamental dengan lokus kontrol yang rendah. Ini ciri masyarakat menengah ke bawah yang dominan. Sehingga, edukasi 3M tidak diperdulikan.
Kelima, ilusi vaksin. Pola kebijakan yang sepertinya ditarik ke sumbuh kuratif dengan gencar menginfornsikan tentang vaksin C19. Edukasi vaksin seolah menyamarkan pentingnya program 3M (protokol kesehatan).
Keenam, evaluasi program mitigasi multisektor yang relatif berhasil hingga September, cenderung mengendorkan protokol kesehatan.
Dampaknya, titik balik kasus bertumbuh tak terkendali dengan pemicu utama pilkada, pesta, pembukaan pusat pusat bisnis, dan kegiatan sosial lainnya.
Sebagai respons dari kebijakan pemerintas terkait dengan adaptasi kebiasaan baru.
Kondisi tersebut menjadi pemicu C19 di berbagai wilayah bertumbuh secara eksponensial dan menghawatirkan.
Hal ini disebabkan ketidakjelasan road map pengendalian C19 yang harus dijalankan.
Simpang siurnya penanganan C19 di lapangan membuat kebingungan di masyarakat tentang langkah langkah yang harus diambil.
Faktor penentu yang lain adalah lemahnya sense of crisis pimpinan di daerah dengan penafsiran tindakan mitigasi yang sub standar. Jauh dari upaya yang diharapkan dalam mengotrol penularan C19.
Besar harapan di awal tahun 2021 dengan nakhoda kementerian kesehatan yang baru dapat memberikan arah yang jelas dalam mitigasi C19.
Karena dengan sinergi dan kolaborasi yang kuat dari hulu hingga ke hilir, dari pusat hingga daerah dan keterlibatan secara maksimal seluruh stake holder C19 ini dapat di kontrol.(*)