Dialog Akhir Tahun LAPAR Sulsel: Covid-19 Mereset Sendi Kehidupan Manusia
Dalam Dialog Akhir Tahun LAPAR Sulsel mengungkap Covid-19 mengubah kehidupan manusia.
Yang kedua kehadiran tokoh agama ini harus mengambil peran, ada yang perannya formal yang disebutkan dalam perundang undangan dan non formal yang tidak tertulis dalam undang-udang," ungkapnya.
Sementara itu, Syamsurijal Ad’han banyak berbicara soal kebijakan moderasi beragama. Menurutnya, secara kebijakan, moderasi beragama menjadi isu penting dalam tiga tahun terkahir.
Dalam RPJMN, moderasi beragama menjadi isu penting dalam pembangunan bangsa.
Salah satu konsen Kementerian Agama dalam moderasi beragama yaitu generasi muda.
Karena yang paling mudah terpapar paham intoleran, disebutkan Ijhal, yaitu generasi muda. Hasil penelitian Litbang Makassar dan PPIM menunjukan generasi muda sangat mudah terpapar dengan menggunakan banyak pintu.
Ia melihat sasaran moderasi beragama yaitu sekolah.
"Pembacaan ulang moderasi beragama, penekanannya cara beragama dan ada 4 poin penting. Dalam konteks Islam makna moderasi beragama yaitu keadilan.
Rasulullah pertama datang bukan hanya mengajarkan teologis semata, tapi perombakan struksur sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya.
Yang terakhir, kita membutuhkan iman kecil dan pikiran yang besar kata mas Sobari," tuturnya.
Hal senada juga datang dari Nur Hidayah.
Lebih jauh dilihatnya dari aspek berbeda.
Menurut mantan Wakil Dekan di salah satu perguruan tinggi ini menganggap Covid-19 ini mereset kembali kehidupan banyak semua orang dengan pembatasan ruang, waktu, dan jarak.
Tapi ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak-anak muda.
Hampir semua wilayah termasuk Makassar menjadi daerah kritis Covid-19.
Sehingga, keberagamaan dan kesehatan mental menjadi yang peling dekat penting dijaga saat ini.