Opini
Strategi dan Taktik Membangkitkan Industri Komponen Kapal Dalam Negeri
Kapal dibangun dari pelat yang dirangkai dengan kawat las. Di dalamnya terdapat berbagai macam material dan komponen, termasuk pelat dan kawat las
Oleh: Muhdar Tasrief PhD *
Kapal merupakan kendaraan air, baik berpenggerak maupun tidak. Lebih rinci, definisi kapal sesuai Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 61 Tahun 2014 Pasal 1 Butir 3 adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga mesin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
Baca juga: Menjaga Kedaulatan Bangsa dan Meningkatkan Pendapatan Negara di Sektor Klasifikasi
Baca juga: Manajer Fiber Glass PT IKI Makassar (Persero) Pimpin ISP Unhas DPC Makassar Periode 2020-2022
Kapal dibangun dari pelat yang dirangkai dengan kawat las. Di dalamnya terdapat berbagai macam material dan komponen, termasuk pelat dan kawat las yang digunakan. Material dan komponen lainnya adalah mesin induk, mesin bantu, permesinan geladak, pompa-pompa, perlengkapan lambung (hull outfittings) dan perlengkapan permesinan & kelistrikan lainnya.
Mesin induk sebagai penggerak utama, sedangkan mesin bantu sebagai sumber utama kebutuhan listrik kapal. Pada umumnya keduanya menggunakan mesin diesel. Sayangnya mesin ini belum bisa diproduksi dalam negeri. Meski dulu pernah ada pabrik mesin diesel di Indonesia, namun kalah bersaing dengan produk impor.

Permesinan geladak seperti mesin jangkar (windlass), mesin penggulung tali (capstan) dan mesin kemudi (steering gear) sudah bisa diproduksi dalam negeri. Berdasarkan data BKI, ada beberapa perusahaan yang mampu membuat permesinan geladak tersebut, diantaranya PT. Pindad (Persero), PT. Wichindo Pratama dan CV. Athira Marine Outfitting. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa komponen penyusun dari permesinan geladak tersebut yang harus diimpor.
Berbeda dengan mesin diesel dan permesinan geladak, perlengkapan lambung (hull outfitting) seperti jendela-jendela (side scuttle dan rectangular window) dan pintu-pintu, baik kedap cuaca (weathertight) ataupun kedap air (watertight) termasuk kepala pipa udara (airpipe head) murni buatan lokal. Adalah Industri Kecil dan Menengah (IKM) Tegal salah satu industri yang selama ini mensuplai produk tersebut ke galangan kapal.
Meskipun demikian, tidak semua galangan dalam negeri menggunakan produk lokal buatan IKM Tegal. Alasannya, harga mahal dan tidak siap sedia setiap saat atau istilah kekiniannya “not available“. Sehingga mereka harus bersaing melawan produk impor yang selalu tersedia di pasaran dengan harga yang lebih murah. Tentu ini butuh strategi untuk mengatasinya, pun taktik untuk menjalankan strategi tersebut.
Memanfaatkan Lingkungan Industri Kecil (LIK)
Secara administratif, Tegal terdiri dari 2 wilayah yaitu wilayah kota dan kabupaten. Keduanya dikenal sebagai Jepangnya Indonesia. Mungkin karena kemiripannya dengan Jepang, khususnya di sektor industri. Di sana ratusan atau bahkan ribuan industri logam dapat dijumpai, walau sebagian besar hanya industri rumahan (home industry).
Ada yang mempekerjakan maksimum 19 orang, ada juga yang 20 orang atau lebih. Pun asetnya beragam. Mulai dari yang kurang 1 milyar hingga maksimum 15 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Sesuai PM Perindustrian Nomor 64/M-IND/PER/7/2016, industri ini digolongkan sebagai Industri Kecil dan Menengah (IKM). Beragam produk logam mampu dihasilkan oleh IKM tersebut. Hampir di semua lini industri, tak terkecuali industri perkapalan.
Untuk sektor perkapalan, produk yang dihasilkan pun banyak jenisnya. Mulai dari perlengkapan lambung kapal seperti side scuttle, rectangular window, skylight, airpipe head, hingga propeller, jangkar dan produk lainnya.
Umumnya, produk tersebut dibuat berdasarkan permintaan. Dimensinya pun beragam, tergantung pemesannya. Sebagai contoh jendela-jendela, baik side scuttle maupun rectangular window. Padahal secara international, dimensi jendela tersebut telah diatur dalam ISO termasuk spesifikasinya.
Adanya ketidakjelasan permintaan membuat IKM berproduksi berdasarkan orderan saja. Mereka enggan berproduksi sebelum adanya pesanan, khawatir produknya tidak laku. Hal inilah yang menyebabkan jendela produksi IKM tidak tersedia. Dari sisi harga, pun tentu tidak ekonomis
IKM Tegal umumnya merupakan home industry. Produk yang dihasilkan pun masih terbilang sederhana, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Keterbatasan kuantitas disebabkan karena fasilitas produksinya terbatas. Lokasinya yang berada di daerah permukiman, juga memaksa IKM membatasi kuantitas produksi.