Kematian Firman
Kematian Firman Anggota Jamaah Tabligh Mencurigakan, Tak Yakin Lakalantas Pihak Keluarga Curiga Ini?
Misteri Kematian Firman Anggota Jamaah Tabligh di Jl Tol Sutami Makassar. Kematian Firman, pria 32 tahun itu, juga meninggalkan tanda tanya besar
TRIBUN-TIMUR.COM - Kematian Firman, warga Jl Yos Sudarso, Makassar, menyisaakan duka mendalam bagi keluarga dan kerabatnya.
Hanya saja kematian Firman, Anggota Jamaah Tabligh dinilai pihak keluarga mencurigakan.
Baca juga: UPDATE Kasus IRT di Takalar Kepergok ML dengan Selingkuhan, Anak Cabut Laporan Kepolisian
Baca juga: Benarkah Sering Buang Air Kecil di Malam Hari Pertanda Diabetes? Ini Penjelasan Medisnya
Pihak Keluarga Tak Yakin dengan dugaan terjadi Lakalantas meski ditemukan di badan Jl Tol.
Kematian Firman, pria 32 tahun itu, juga meninggalkan tanda tanya besar bagi keluarga.
Pasalnya, Firman ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi luka di sejumlah bagian tubuhnya.

Seperti luka terbuka pada wajah bagian kiri, telinga dan dadanya.
Ia ditemukan pertama kali oleh seorang warga dan petugas tol dalam kondisi terlentang, Senin (16/11/2020) malam.
Saat ditemukan di badan jalan Tol Ir Sutami kilometer 3 ruas jalur arah Pelabuhan Soekarno Hatta, tanpa identitas.
Baca juga: Gantung Diri di Toraja Mirip Romeo-Juliet, Gadis Depresi Setelah Ditinggal Mati Pacar
Baca juga: Indonesia Tak Tertandingi di ASEAN, Tapi Prabowo Masih Ingin Perkuat Militer dengan Kapal Selam Ini?
Lokasinya tidak jauh dari jembatan penyeberangan KTC, salah satu perusahaan dalam Kawasan Industri Makassar (Kima).
Kematian Firman diketahui pihak keluarga setelah melihat berita dan sejumlah postingan tentang temuan mayat tanpa identitas.
Dari informasi itu, pihak keluarganya pun bergegas ke Ruang Forensik Dokpol Biddokkes Polda Sulsel untuk melakukan pengecekan.
Dan benar saja, mayat tersebut teridentifikasi sebagai sosok Firman yang beralamat di Jl Yos Sudarso.
Sempat muncul dugaan, almarhum Firman merupakan korban kecelakaan atau tabrak lari.
Namun, dari pihak keluarga almarhum yang telah menyaksikan jasad Firman tidak percaya dengan adanya dugaan kecelakaan atau tabrak lari itu.
Pihak keluarga almarhum, beralasan luka yang terdapat pada tubuh Firman.
Khususnya di bagian wajah Firman, ditemukan luka yang tidak identik dengan luka korban kecelakaan pada umumnya.
Ia pun memilih melaporkan kejadian itu ke Polsek Tamalanrea.
Dari laporan itu, disepekati agar jenazah Firman diautopsi untuk mengungkap penyebab kematiannya.
Hal itu diungkapkan kakak Firman, Yunus (40) saat ditemui di depan ruangan Forensik Dokpol Biddokkes Polda Sulsel, Jl Kumala, Makassar, Selasa (17/11/2020) malam.
"Saya juga belum bisa berasumsi bahwa korban pembunuhan," kata Firman penuh dengan keseriusan.
"Yang saya lihat dan paling meragukan itu, bahwa bukan lakalantas (ialah) lubang di hidung dan luka di telinga," lanjut Yunus.
"Di bagian telinganya itu kan ada bekas luka teriris tidak seperti luka benturan akibat Lakalantas," jelasnya.
TIdak Punya Masalah
Sepengetahuan Yunus, adik ketiga dari lima bersaudara itu, tidak pernah terlibat permasalahan dengan seseorang.
"Tiga tahun lalu ji sempat bermasalah sama tetangga," cerita Yunus saat ditemui tribun-timur.com
"Tapi sudah diselesaikan. Untuk yang baru-baru ini tidak ada saya dengar," ujarnya.
Keseharian Firman juga, kata Yunus, tidak adalah yang aneh-aneh.
Pasalnya ia kerap bergabung dengan kelompok jamaah tabligh yang berdakwah dari masjid ke masjid.
"Kan dia (Firman) jamaah tabligh. Jadi kerjanya itu pindah dari masjid ke masjid (berdakwah)," ungkap Yunus.
"Mulai dari Mamajang, Kerung-kerung, Kapoposang, Masjid Raya," ungkap Yunus.
Kebiasaan ikut berdakwah dengan kelompok jamaah tabligh itu, lanjut Yunus dijalani Firman sudah dua tahun terakhir.
Tepatnya, saat korban memutuskan berhenti bekerja sebagai tukang antar galon air minum.
Temukan Gelagat Aneh
Sebelum mendapat kabar duka itu, Yunus mengaku sempat melihat gelagat aneh dari adiknya itu.
Adiknya kerap berucap putus asa dan merasa bersalah atas apa yang pernah ia perbuat.
Baik itu kepada orang tuanya maupun saudara-saudaranya.
"Kurang lebih sebulan terakhir ini, dia (Firman) sering mengungkapkan bahwa ia merasa bersalah," kata Yunus.
"Ia kerap merasa berdosa kepada ibu, saudara-saudara dan bapak," ungkap Yunus.
Namun, kesalahan itu oleh Yunus dianggap hal lumrah, dan sudah menjadi masa lalu.
Selain itu, jelas Yunus, Firman pernah memiliki riwayat gangguan kejiwaan.
Ekspresinya lanjut Yunus, kerap senyum-senyum sendiri sambil berucap mau mati.
"Dia (Firman) berbicara dengan tidak terlalu serius, kayak senyum-senyum kecutlah dan mengatakan 'saya mau matimi deh'," ucap Yunus menirukan Firman.
Yunus pun berharap, agar kematian adiknya itu dapat diungkap secara terang oleh pihak kepolisian. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muslimin Emba