Isi Surat Presiden Prancis
Isi Surat Presiden Prancis Emmanuel Soal Penghinaan, Siapa Orang Bodoh yang Disebut Salah Kutip?
Berikut ini isi surat presiden Prancis Emmanuel Macron ke media soal kehebohan dugaan penghinaan terhadap Muslim.
TRIBUN-TIMUR.COM - Berikut ini Isi Surat Presiden Prancis Emmanuel Macron ke media soal kehebohan dugaan penghinaan terhadap Muslim.
Dia menyebutkan ada orang bodoh disebut salah kutip pernyataanya.
Benarkah semua hanya salah paham semata sementara efeknya juga parah hingga seluruh dunia.
Selengkapnya di sini:
Terbaru, Presideb Perancis menyebut bodoh pihak-pihak yang telah salah menafsirkan pernyataannya terkait Islam.
Katanya, ada beberapa pihak yang tak senang kepada dirinya lalu memutarbalikan perkataan Presiden Prancis tersebut.
Baca juga: LIVE Ngovi Seri #19: Era Digitalisasi Pendidikan Indonesia Bersama Aku Pintar
Baca juga: Terus Jadi Sasaran Fitnah dan Hoaks, Suardi Saleh Justru Minta Pelakunya Didoakan
Baca juga: Kisah Seorang PRT Asal Indonesia Jadi Perhatian Dunia, Menang Melawan Orang Super Kaya Singapura
Dia pun memperingatkan bahwa dirinya tahu betul apa yang akan dilakukan ke depan.
Pernyataan Emmanuel Macron itu disampaikan melalui akun twitternya dan juga surat resmi yang dikirim ke staf editorial Financial Times.
Cuitan dan surat itu dipublikasikan Kamis (5/11/2020) pagi waktu Indonesia atau Rabu (4/11/2020) malam waktu setempat.
"Janganlah kita mengembangkan kebodohan dengan memutarbalikkan perkataan seorang kepala negara," tulis Macron di twitternya dalam bahasa Prancis yang terjemahkan google.
Simak cuitan Macron yang dikutip Warta Kota dari twitter @EmmanuelMacron berikut ini.
Ne cultivons pas l’ignorance en déformant les propos d’un chef d’État. Nous ne savons que trop là où cela peut nous mener.
Janganlah kita mengembangkan kebodohan dengan memutarbalikkan perkataan seorang kepala negara. Kami tahu betul ke mana ini bisa membawa kami.
Seperti diketahui, sejumlah tokoh dunia mengecam pernyataan Emmanuel Macron yang menuding Islam di balik aksi teror yang terjadi di negaranya..
Pernyataan Macron itu kemudian mendapat kecaman sejumlah kepala pemerintahan, seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
