Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Sebuah Momentum 

Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Sebuah Momentum, Opini oleh Abdul Rahman, Abdul Rahman, Ph.D, Dosen PGSD, FIP, Universitas Negeri Makassar

Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Abdul Rahman, BNI Syariah Makassar. 

Sayang peningkatan kompetensi guru lebih banyak mematikan imajinasi, inovasi dan nalar para pendidik.

Pelatihan dimana guru hanya datang, duduk, diam dan mendengar hanya melahirkan guru yang membeo.

Guru yang kehilangan kepercayaan dan kemampuan profesionalitas karena cuman terbiasa disuguhi. Mekanisme dan kegiatan peningkatan kompetensi guru selayaknya “berpusat pada guru”. 

Pelatihan seperti disebutkan sebelumnya terjadi karena materi dan metode penyampaiannya “satu untuk semua”, guru dianggap wadah kosong yang perlu dituangi dan pihak-pihak di luar guru dianggap lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh guru.

Padahal guru berada dalam situasi, posisi atau karakter yang berbeda-beda (contoh guru muda, veteran, honorer, swasta, PNS dst) dan menghadapi kondisi peserta didik yang sangat beragam.

Guru adalah professional yang memiliki bekal, kemampuan dan potensi untuk belajar secara mandiri dan merdeka.

Peningkatan kompetensi guru mesti dipusatkan pada karagaman karakter, kebutuhan dan kemampuan pendidik.

Pandemik COVID-19 telah memperlihatkan bahwa teknologi tidak akan bisa menggantikan peran guru. Namun juga menunjukkan bahwa guru yang tidak bisa menggunakan teknologi akan tertinggal dan bisa saja digantikan oleh guru yang melek teknologi.

Teknologi sejatinya memang hanya alat supplementer bukan pengganti.

Alat untuk mempermudah, memperkaya, memperdalam, mempercantik serta fungsi-fungsi lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan.

Integrasi teknologi ke dalam pendidikan harus menjadi bagian dari usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan proses dan hasil pendidikan.

Dari tiga pihak yang ada dalam tripusat pendidikan, peran orang tua dan masyarakat selama ini dianggap paling minim dan lemah.

Kondisi yang diakibatkan oleh orang tua/masyarakat yang lepas tangan, pihak sekolah yang tidak menganggap penting dan manfaat keterlibatan orang tua, atau hanya melibatkan orang tua dan masyrakat pada hal-hal dan tujuan tertentu.

Padahal Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara telah jauh-jauh hari menyampaikan pentingnya sinergitas peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam mengasuh dan mendidik anak.

Kalau selama ini di sekolah hanya dikenal buku pegangan guru dan siswa, maka untuk membangun kerjasama antar ke triparti pendidikan mungkin sudah diperlukan buku pegangan orang tua sebagai panduan dalam mendidik anak di keluarga dan lingkungan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved