Hari Kesaktian Pancasila
1 Oktober, Awal Mula Penetapan Hari Kesaktian Pancasila, Alasan Dilaksanakan Setahun Usai G30S PKI?
Yap, momen ini diperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan ini bermula dari tragedi pembantaian sejumlah jenderal TNI untuk menggulingkan Preside
TRIBUN-TIMUR.COM - Jika 30 September dianggap sebagai masa kelam bangsa Indonesia saat ada pembantaian G30S PKI, maka 1 Oktober dalam sejarah merupaka hari 'kekuatan' bangsa.
Yap, momen ini diperingati Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan ini bermula dari tragedi pembantaian sejumlah jenderal TNI untuk menggulingkan Presiden Soekarno.
Tapi, mengapa baru diperingati setelaH setahun peritiwa G 30 S PKI?
Selengkapnya di sini:
Untuk diketahui, peringatan Hari Kesaktian Pancasila bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966 lalu.
Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi.
Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme.
• 10 Juta Pekerja Sudah Terima BSU Subsidi Gaji, Cek Nama Dapat BLT/BSU Tahap 5 atau Tidak di Link Ini
• Kisah Tukang Sapu, Calon Boneka yang Menangkan Pilkades, Dipaksa Bertarung Demi Kotak Kosong
• BLT UMKM Rp 2,4 Juta Sudah Cair, Segera Tarik atau Ambil di Bank Sebelum Ditarik Kembali Pemerintah
Karena itu dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa ini.
Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta rakyat.
Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya.
Soal Tragedi G30S
Diberitakan harian Kompas 6 Oktober 1965, gerakan tersebut merupakan bagian dari sejarah buruk bangsa Indonesia.
Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban.
Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Ketujuh korban tersebut juga dianugerahi pahlawan revolusi.