OPINI
Mewujudkan Masyarakat Melek Data
Dalam lingkungan informasi yang serba cepat ini, tiap individu bisa menjadi produsen pesan.
Oleh: Shaela Mayasari, Statistisi di BPS Kabupaten Kepulauan Selayar
Dalam lingkungan informasi yang serba cepat ini, tiap individu bisa menjadi produsen pesan. Dampaknya, warga sulit membedakan informasi yang benar atau salah.
Hal ini jika tak difilter dengan literasi data yang baik. Maka akan menyesatkan dan memecah bangsa.
Pada awal 2018, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan mengatakan, bahwa saat ini diperlukan tiga jenis literasi baru menghadapi era revolusi industri 4.0. Yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Literasi sendiri adalah istilah merujuk kepada kemampuan dan keterampilan individu membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu.
Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS), dimanaangka melek huruf penduduk berumur 15-24 tahun terus mengalami kenaikan tiap tahun, 2017 (99,66), 2018 (99,71), dan 2019 (99,76).
Literasi data merupakan literasi yang terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data yang ada.
Jika kita saat ini fokus pada kegiatan literasi saja, membaca dan menelan kabaryang berseliweran dengan hanya melihat judul bombastis, tanpa mengecek validasi dan keakuratan data.
Dampaknya, bisa salah dalam menilai pemberitaan.