Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nelayan Kodingareng Ditangkap

ASP Sebut Keberadaan Personel Polair di Pulau Kodingareng Mengintimidasi Nelayan

ASP sebut keberadaan personel Polair di Pulau Kodingareng mengintimidasi nelayan

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
Dok. ASP
Suasana saat sejumlah Polair Polda Sulsel menepi di Pulau Kodingareng. (Dok. ASP). 

Secara psikologis, nelayan yang diincar mengalami ketakutan dengan pola penangkapan Polairud yang dibarengi dengan pemukulan. Hal ini berdasarkan beberapa peristiwa penangkapan sebelumnya. Misalnya pada peristiwa penangkapan 11 orang (tujug nelayan, tiga aktivis pers mahasiswa, dan 1 aktivis lingkungan) tanggal 12 September kemarin, bahwa pada proses penangkapan, terjadi terjadi pemukulan.

Pola intimidasi dan teror tersebut tidak terlepas dari aksi nelayan yang masih konsisten menolak keras aktivitas tambang pasir laut oleh kapal Queen of Netherlands (PT Royal Boskalis) yang menghancurkan wilayah tangkap nelayan tradisional di Pulau Kodingareng Lompo yang notabene merupakan wilayah Spermonde.

Berdasarkan catatan aliansi selamatkan pesisir (ASP), jumlah nelayan Pulau Kodingareng lompo yang dicari dan diincar oleh personil Polairud Polda Sulsel sebanyak 12 orang. Nama-nama nelayan tersebut merasa ketakutan, karena merasa di intimidasi dan diteror dari oknum personil Polairud Polda Sulsel selama kurang lebih 3 hari ini (13 - 15 september 2020).

Hal ini berdampak pada psikis beberapa orang nelayan sehingga mereka terpaksa meninggalkan pulau lantaran tidak tahan dengan diintimidasi dan teror oleh oknum personil Polairud. Bahkan salah satu istri nelayan yang diincar masih dalam keadaan sakit lantaran mengetahui suaminya di intimidasi dan diteror.

Selain itu, belasan nelayan tersebut sudah 4 hari tidak melaut lagi, karena merasa ketakutan. Mereka takut jika terjadi penangkapan di laut.

Berdasarkan kronologi di atas, kami meminta kepada lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) RI, Kompolnas, dan Komnas HAM untuk segera menyikapi persoalan yang dihadapi oleh nelayan Pulau Kodingareng Lompo.

Dengan alasan di atas, kami dari aliansi selamatkan pesisir (ASP) mendesak;

1. Polda Sulsel Dit Polairud untuk menghentikan intimidasi dan teror terhadap nelayan pulau Kodingareng Lompo.

2. Polda Sulsel segera menarik personel Polairud dari pulau kodingareng lompo.

3. Gubernur Sulsel untuk segera mencabut izin terkait tambang pasir laut di wilayah tangkap nelayan yang merupakan wilayah Spermonde.

Muhaimin Arsenio

Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP).

DirPolair Polda Sulsel Kombes Pol Hery Wiyanto yang dimintai komentar terkait keresahan nelayan yang merasa terteror itu, belum memberikan komentar.

Pesan konfirmatif yang dilayankan via whatsAppnya, telah dibaca dengan tanda centang biru namun belum direspon. (Tribun-Timur/Muslimin Emba).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved