Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nelayan Kodingareng Ditangkap

ASP Sebut Keberadaan Personel Polair di Pulau Kodingareng Mengintimidasi Nelayan

ASP sebut keberadaan personel Polair di Pulau Kodingareng mengintimidasi nelayan

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
Dok. ASP
Suasana saat sejumlah Polair Polda Sulsel menepi di Pulau Kodingareng. (Dok. ASP). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Keberadaan personel Kepolisian dari Polair Polda Sulsel di Pulau Kodingareng, oleh Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) dianggap meneror warga nelayan setempat.

Hal itu dikemukakan dalam siaran persyang tersebar di sejumlah grup whatsApp, Selasa (15/9/2020) siang.

Dalam siaran pers nya, sejumlah warga nelayan yang konsisten menolak tambang pasir laut terpaksa meninggalkan pulau sementara waktu lantaran merasa diteror dan diintimidasi.

Berikut, siaran persnya:

"Nelayan kodingereng di teror oleh Polairud Polda Sulsel 15 September 2020

Sejak tanggal 12 September hingga hari ini, situasi di pulau Kodingereng lompo semakin memprihatinkan. Intimidasi dan teror kerap dirasakan oleh nelayan pulau.

Bukan hanya itu yang dirasakan, keberadaan personel polairud juga sangat mempengaruhi psikologi warga. Hingga hari ini, beberapa orang nelayan meninggalkan pulau, karena merasa ketakutan.

Pada tanggal 13 September 2020, diperkirakan 30 personil Polairud Polda Sulsel mendatangi pulau kodingereng sekitar pukul 14.40 Wita dengan dalih bersilaturahmi dengan warga di pulau.

Namun, yang terjadi justru tindakan yang tidak diinginkan. Sesampai di pulau, Rombongan polairud kemudian berpencar ditiap lorong, menyisir setiap RT/RW dengan senjata lengkap ditangannya.

Rombangan ini bukannya datang berdiskusi dengan nelayan, tapi mengincar beberapa nelayan yang menolak tambang pasir laut oleh kapal Queen of Netherlands (PT Royal Boskalis).

Bahkan sekitar pukul 16.15 WITA, sekitar 3 (tiga) personil Polairud melakukan pengeledahan rumah-rumah nelayan yang diincar. Proses penggeledahan dilakukan sewenang-wenang tanpa memperlihatkan surat izin atau surat tugas pengeledahan kepada pemilik rumah.

Dirumah Hj. Nining (salah satu mertua nelayan), Personil polairud mengambil salah satu celana jeans warna hitam milik salah satu nelayan yang diduga diincar, tanpa meminta izin sebelumnya kepada pemilik rumah.

14 September, sekitar pukul 15.00 WITA diperkirakan 15 personil Polairud kembali ke pulau untuk mencari nelayan. Pencarian nelayan ini, personil Polairud mengunakan senjata lengkap ditangannya. Mereka juga menyisir di tiap-tiap lorong.

Warga atau nelayan merasa ketakutan dengan aksi sewenang-wenang personil tersebut. Personil Polairud juga menelusuri sekitaran wilayah tangkap di Copong, Bonepama, Bonelure dan Bonepute (wilayah Spermonde). Mereka menyasar beberapa nelayan yang diduga melakukan aksi.

Pada 15 september, diperkirakan pukul 00.28 Wita, puluhan personil Polairud kembali mendatangi pulau,l. Mereka juga menyisir ditiap-tiap lorong. Menurut keterangan warga kedatangan personil Polairud ke pulau untuk menangkap nelayan yang selama ini dicari. Nelayan pun khawatir melaut sejak dua hari ini karena takut ditangkap paksa (13-14 September).

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved