Tribun Luwu Timur
Pemkab Luwu Timur dan KLHK Bahas Ekosistem Danau Matano dan Potensinya
Terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) di Aula Sasana Praja, Kantor Bupati Luwu Timur, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Kamis (10/9/2020).
Penulis: Ivan Ismar | Editor: Sudirman
TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Danau Matano di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) termasuk salah satu danau prioritas dari 15 danau di Indonesia.
Terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) di Aula Sasana Praja, Kantor Bupati Luwu Timur, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Kamis (10/9/2020).
Penetapan dan prioritas ini berlandaskan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan danau.
Termasuk fungsi strategis untuk kepentingan nasional, keaneragaman hayati dan tingkat resiko bencana.
Sekretaris Daerah (Sekda) Luwu Timur, Bahri Suli mengatakan, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.274/Ktps/Um/4/1979 tanggal 24 April 1979, Kawasan Danau Matano menjadi Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam (TWA).
Dengan nama TWA Danau Matano, maka Danau Matano menjadi kawasan pelestarian alam yang potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai destinasi di Sulsel Khususnya Luwu Timur.
Lanjut Bahri, disamping keindahan dan keunikan ekosistemnya, TWA Danau Matano juga memiliki nilai konservasi sumberdaya hayati yang tinggi.
"Di danau ini dapat dijumpai berbagai spesies endemik, ekosistem Danau Matano yang unik terbentuk karena proses tektonik, memiliki air sangat jernih dan sumber dari mata air dari dasar dinding tebing danau," kata Bahri, Jumat (11/9/2020).
Guna mendukung keberhasilan pengelolaan ekosistem Danau Matano, kata Bahri diperlukan kerjasama yang kuat dalam melaksanakan komitmen penyelamatan Danau Matano.
"Peran dan kontribusi BPDASHL Jeneberang Saddang dalam pengelolaan Danau Matano menjadi harapan Pemkab Luwu Timur," kata Sekda.
FGD ini juga hadir Direktur Pengendalian dan Kerusakan Danau Ditjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Inge Retnowati.
Selain itu, perwakilan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASLH) Jeneberang Saddang, Abdul Azis dan OPD Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Danau Matano adalah danau purba yang di dalamnya ada beberapa spesies endemik seperti kepiting bungka, udang, siput dan keong air tawar.
Terletak di pinggiran Kota Sorowako sekitar 600KM arah Barat Daya Kota Makassar.
Luasnya mencapai 8.218, 21 Ha dan terletak di ketinggian 600 m di atas permukaan laut.
Danau ini juga merupakan danau terdalam ke-8 di dunia yaitu mencapa 550 meter dengan air danau yang nyaris tanpa riak dan sangat jernih.
Sehingga dasar danau jelas terlihat sampai kedalaman 23 meter.
Danau Matano pun tersohor karena adanya Ikan Purba Buttini dengan nama latin Glossogobius Matanensis.
Ikan ini diberi julukan ikan purba karena warnanya yang kecoklat-coklatan dan bentuknya yang mirip dengan binatang purba.
Beberapa orang peneliti yang pernah datang ke kampung ini menyebut ikan Buttini adalah ikan purba yang jenisnya hanya ada dan berkembang biak di Dana Matano.
Ikan Buttini adalah ikan yang paling banyak digemari masyarakat setempat, tak heran sebagian warga pesisir Danau Matano, menggantungkan hidupnya sebagai nelayan pemancing Ikan Buttini.
Tepian danau, kini dijadikan lokasi rekreasi seperti Pantai Ide di Pontada, Pantai Kupu-kupu dan Pantai Salonsa.
Laporan Wartawan TribunLutim.com, vanbo19