Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilkada Soppeng 2020

Kaswadi-Luthfi Antisipasi Penggerak Kotak Kosong di Pilkada Soppeng

Kendati menghadpi kotak kosong, Andi Dulli, sapaan akrab Andi Kaswadi, tetap menyiapkan strategi pemenangan.

Editor: Mahyuddin
TRIBUN TIMUR/HARDIANSYAH
Pasangan Andi Kaswadi Razak dan Lutfi Halide jumpa pers seusai mendaftar di KPU Soppeng, Jumat (4/9/2020). 

TRIBUNSOPPENG.COM - Pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Soppeng periode 2021-2026 Andi Kaswadi Razak dan Lutfi Halide resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Soppeng, Jumat (4/9/2020).

Pasangan yang menghadapi kotak kosong itu diusung tujuh partai politik yang memiliki 30 kursi di DPRD Soppeng.

Kendati menghadpi Kotak Kosong, Andi Dulli, sapaan akrab Andi Kaswadi, tetap menyiapkan strategi pemenangan.

Hal itu untuk mengantisipasi orang-orang yang menggerakkan Kotak Kosong.

Tak Ada Pendaftar di KPU Luwu Utara, Gowa dan Bulukumba di Hari Pertama

2 Tahun Nurdin Abdullah - Sudirman Sulaiman Jabat Gubernur-Wagub; Serasa Daftar Pilkada di KPU Lagi

Bantuan Cair? Ini Nomor Call Center BPJS Ketenagakerjaan dan Login di sso.bpjsketenagakerjaan.go.id

"Kotak kosong ini bukan hal mustahil (untuk menang), dan itu sudah pernah terjadi di Makassar," katanya.

Andi Dulli menerima laporan beberapa kelompok masyarakat yang hendak menggerakkan Kotak Kosong.

“Ada beberapa oknum tidak mau melihat kampung ini baik, kita minta solusi tidak ada juga, tapi kami optimis," ucap Ketua Golkar Soppeng itu.

Andi Kaswadi Razak dan Lutfi Halide telah menunjuk Ketua Harian Partai Golkar Soppeng Syahruddin M Adam sebagai Ketua Tim Kampanye.

Ketua DPRD Soppeng itu juga ketua tim pemenanagan Andi Kaswadi Razak-Supriansahdi Pilkada Soppeng 2016.

Pengamat: Kotak Kosong Pilkada Gowa-Soppeng Kegagalan Kaderisasi Parpol

Pilkada Gowa dan Soppeng 2020 dipastikan hanya akan diikuti satu pasangan calon alias melawan Kotak Kosong.

Pilkada Gowa hanya diikuti pasangan Adnan Purichta Ichsan - Abd Rauf Malaganni (Adnan-Kio).

Sementara Pilkada Soppeng diikuti Andi Kaswadi Razak - Lutfi Halide.

Kepastian kedua pasangan tersebut melawan kotak kosong setelah mereka memborong partai pengusung di daerahnya.

Pengamat politik Unismuh Makassar, Andi Luhur Priyanto mengatakan, kotak kosong terjadi di dua pilkada itu karena kelompok penantang tidak mampu mengonsolidasi kekuatan melawan kelompok petahana.

Menurutnya, penantang lebih memilih bergabung ke petahana. Hal itu dinilai sebagai dampak dari kegagalan kaderisasi partai politik.

"Umumnya partai politik tidak memiliki persediaan kader yang siap bertarung di Pilkada. Itulah realitas politiknya, gagalnya kaderisasi partai politik," katanya kepada Tribun Timur, Jumat (4/9/2020).

Luhur melanjutkan, dengan pilihan yang terbatas, angka pemilih golput ideologis berpotensi meningkat. Meskipun, level kesadaran pemilih untuk hadir di TPS masih lebih besar.

"Apalagi kalau mobilisasi dari penyelenggara atau pemerintah berjalan optimal," ujarnya.

Luhur menegaskan, Pilkada Gowa dan Soppeng melahirkan situasi yang kurang menggembirakan bagi masyarakat.

Ia mengingatkan, tujuan dari pilkada langsung untuk membuka akses seluas-luasnya bagi warga negara untuk berkompetisi memperebutkan formasi jabatan-jabatan publik.

"Kita tentu tidak menghendaki pemusatan kekuasaan di satu kelompok saja," tegasnya.

Petahana Tak Boleh Terlena

Pasangan Adnan Purichta Ichsan - Abd Rauf Malaganni (Adnan-Kio) dan Kaswadi Razak - Lutfi Halide (Akar-LHD) dinilai tidak boleh terlena meski akan berstatus pasangan calon tunggal.

Luhur mengatakan, pasangan calon tunggal Adnan-Kio dan Akar-LHD tidak bisa langsung berpesta.

Menurutnya, mereka masih harus waspada karena pertarungan masih tetap terjadi di bilik suara. Bahkan setelah perhitungan suara.

"Kekuatan infrastuktur politik calon tunggal tidak boleh terlena dengan situasi ini. Tetap harus antisipatif, termasuk pada faktor non-politik elektoral," ujar Luhur.

Luhur menginginkan, pengalaman pada Pilwali Kota Makassar tahun 2018 lalu. Ketika itu pasangan calon tunggal Appi-Cicu kalah melawan kotak kosong.

Oleh karena itu, lanjutnya, kalau kekuatan pendukung kotak kosong bisa terkonsolidasi, maka tidak mudah bagi calon tunggal untuk memenangkan kontestasi.

Menjijikkan! Arti Kode Top, Bottom, Vers di Pesta Gay Apartemen Kuningan, Pakai WhatsApp - Instagram

LINK Live Streaming Belanda vs Polandia UEFA Nations League, Live TV Online Mola TV Pukul 01.45 WIB

Tahap Uji Coba, Sekolah di Luwu Utara Kembali Tutup Jika Ada Kasus Covid-19

"Apalagi jika mereka mampu membangun strategi viktimisasi (psikologi korban) pada para pemilih," terang Luhur.

Ia melanjutkan, tantangan calon pasangan tunggal bersifat internal dan eksternal.

Menurutnya, secara internal, psikologi pemenang yang seolah "berada di atas angin" bisa berbahaya, jika kekuatan pendukung kotak kosong semakin terkonsolidasi.

Sementara, secara eksternal, pembagian dan distribusi tugas-tugas elektoral di koalisi partai besar, kalau tidak di kelola dengan baik akan menimbulkan dominasi dan marginalisasi.

"Harus ada pembagian kerja proporsional di antara para pendukung," tandas Luhur.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved