Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hidroponik

Pemuda Kampung Bugis Maros Manfaatkan Botol Plastik untuk Berkebun Hidroponik, Bernilai Ekonomis

Aktivitas ini dilakoninya berawal dari keprihatinan maraknya sampah plastik botol yang berserakan dimana-mana.

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/AM IKHSAN
Ahmad Fachmi (28), asal Kampung Bugis, Desa Tenrigangkae, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memanfaatkan limbah plastik botol untuk dijadikan wadah bercocok tanam hidroponik. 

Satu kilo sayuran selada air, dibutuhkan sekitar 5-6 pohon. Ini artinya, jika 250 pohon selada air dipanen serentak, bisa menghasilkan sekitar 50 kg. Dengan harga jual rata-rata Rp 20 ribu perkilonya.

“Sementara ini hasil panen dibagikan ke tetangga sekitar saja dan ada juga dijual. Harga selada air berkisar Rp 20 ribu - Rp 30 ribu per kilo, untuk sawi harganya Rp 10 ribu," tuturnya.

Ke depannya, ia akan memperbanyak jumlah tanaman dan memperluas lahan, dan tetap menggunakan botol bekas untuk menyelamatkan lingkungan.

"Tentunya karena sampah jenis ini sulit terdegrasi, botol plastik membutuhkan 100 hingga 500 tahun untuk bisa terurai," tuturnya.

Diketahui bertani secara hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) memang bisa menjadi solusi bagi  warga  yang ingin berbisnis tanaman sayuran, namun dengan lahan yang terbatas.(*)

Laporan Wartawan Tribunmaros.com, AM Ikhsan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved