Hidroponik
Pemuda Kampung Bugis Maros Manfaatkan Botol Plastik untuk Berkebun Hidroponik, Bernilai Ekonomis
Aktivitas ini dilakoninya berawal dari keprihatinan maraknya sampah plastik botol yang berserakan dimana-mana.
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNMAROS.COM, MANDAI - Ahmad Fachmi (28), asal Kampung Bugis, Desa Tenrigangkae, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memanfaatkan limbah plastik botol untuk dijadikan wadah bercocok tanam hidroponik.
Aktivitas ini dilakoninya berawal dari keprihatinan maraknya sampah plastik botol yang berserakan dimana-mana.
"Awal mulanya saya memanfaatkan sampah plastik untuk media tanaman hidroponik di rumah itu karena resah dengan keberadaan botol plastik bekas yang ada dimana-mana," ujar Fachmi kepada tribun-timur.com, Kamis (3/9/2020).
"Sementara kita tahu plastik inikan benda yang sulit terurai, sejak itu saya jadi kepikiran dan memutuskan untuk memanfaatkannya sebagai wadah untuk tanaman hidroponik dan sampai saat ini tetap berjalan," lanjutnya.
Menurut Fachmi, berkebun hidroponik di rumah tidak mesti menggunakan pipa paralon anyar, yang harus didapatkan dengan budget yang mahal.
Ada cara lain tentunya bisa menghasilkan kualitas panen melimpah, namun tidak membutuhkan modal besar yaitu dengan sampah plastik.
Dengan bermodalkan botol plastik bekas, berbagai tanaman sayuran dengan kualitas baik telah berhasil ia kembangkan di kebun lahan sempit miliknya, seperti sayuran kangkung, sawi, bayam, seledri, dan selada.
Berbagai jenis sayuran hidroponik miliknya pun kini sudah menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Selain itu berkebun hidroponik di rumah pun baginya dapat mendatangkan kebahagiaan tersendiri.
Dan tentunya bisa meningkatkan ketahanan pangan untuk keperluan rumah tangga di masa pandemi covid-19.
Ia melanjutkan, penggunaan botol plastik bekas sebagai wadah untuk sayuran, dapat membuat modal hidroponiknya bisa ditekan dan jauh lebih murah.
Kekurangan botol plastik yang diperlukan pun bisa didapatkan dari pengepul barang rongsokan.
“Alhamdulillah hasil dari panen sayuran hidroponik dengan wadah limbah bekas pun tidak kalah melimpah dengan penggunaan wadah pipa paralon. Justru dengan botol plastik dan sterofoam bekas bisa didapatkan dimana saja, bahkan dipengepul barang rongsokan juga ada tersedia dan harganya hanya Rp 5 ribu per karungnya," jelasnya.
Ia memulai menanam sawi dan selada air sebanyak 64 pohon, dengan botol plastik di depan rumahnya, sejak awal pandemi covid ketika orang-orang pada dirumahkan.
Dengan masa panen 30 hari, Fachmi bisa memanen sedikitnya 6 kilo selada air yang dipetik secara bertahap.