Penjelasan Kanit PPA Polrestabes Makassar Terkait Pelecehan Seksual di Biringkanayya
Ia menjelaskan pelecehan sexual terhadap anak ada dua jenis. Pencabulan dan Persetubuhan.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Postingan akun twitter Erni Bahri yang ramai beredar di media sosial dibenarkan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar, Jumat (7/8/2020) malam.
Hal itu diungkapkan Kanit PPA Polrestabes Makassar, Iptu Ismail saat dikofirmasi tribun.
"Itu sementara ditangani, dia (pelaku) diduga cabuli, dia pegang itu kemaluannya. Baru satu pelapor, sementara kita tangani," kata Iptu Ismail.
Ismail pun mengaku telah melihat postingan yang ramai beredar tersebut.
Ia menjelaskan pelecehan seksual terhadap anak ada dua jenis. Pencabulan dan Persetubuhan.
Khusus kasus yang diposting akun Erni Bahri, kata Ismail masuk kategori perbuatan cabul.
Bedakan cabul dengan persetubuhan ya.. nanti kasihan itu masyarakat. Kalau cabul itu pembuktiannya agak-agak rumit loh. Kalau persetubuhan karena adaji visum," ujarnya.
Pihaknya pun mengaku belum memintai keterangan terduga pelaku lantaran pihak korban baru melapor.
"(Terduga pelaku) belum (kita mintai keterangan) karena baru melapor itu, intinya sementara kita tangani," jelas Ismail.
Polsek Biringkanaya Lakukan Pengecekan TKP
Jajaran Polsek Biringkanaya Makassar melakukan mendatangi lokasi dugaan pencabulan anak yang ramai di media sosial twitter, Jumat (7/8/2020) malam.
Hal itu diungkapkan Kapolsek Biringkanaya, Kompol Wayan Wayracana Aryawan saat dikonfirmasi tribun.
Informasi sementara yang dieproleh Wayan, korban melaporkan kejadian itu ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar.
"Informasinya melapor di Polrestabes, PPA Tabes karena di polsek tidak ada PPA," kata Kompol Wayan.
Meski demikian, pihaknya mengaku tetap mengantensi informasi tersebut lantaran disebut berada di wilayah hukumnya.
"Anggota sementara menuju lokasi untuk mengecek kebenarannya," ujar Wayan.
Tulisan dari pemilik akun twitter Erni Bahri yang menyebut predator sexual itu pun ramai beredar di media sosial.
Penggalan postingan pemilik akun Erni Bahri di twitter.
"Berhari- hari ini, seluruh daya yang saya punya terfokus untuk merangkul dan memberikan dukungan apapun yang saya bisa untuk seorang ibu dan anaknya yang tengah dirundung nestapa tak terperi.
Si anak, gadis kecil berusia 9 tahun dimangsa seorang predator sexual. Anda jangan lemas dulu karena itu hanya opening.
Saat menulis ini, jantung saya masih berdegup kencang setelah berupaya menenangkan seorang nenek yang mengamuk karena 3 orang cucunya akhirnya speak up. Predator yang sama mencabuli para cucu itu.
Beberapa gadis kecil lain, berusia antara 8 sampai 12 tahun mengungkapkan sejumlah cerita serupa. Para orang tua tersentak, lemas, marah dan menangis. We need help.
Awalnya, ibu gadis kecil 9 tahun itu memindai perubahan drastis pada perilaku anaknya. Maka ditanyailah si anak. Dan terungkaplah kejadian mengerikan yang dialaminya.
Tidak hanya sekali.
Ibu yang malang ini melapor ke polisi. Sudah 5 hari dan belum ada kabar apapun dari pihak polisi, kecuali janji akan ditelpon untuk proses penyidikan. Dan telpon itu ternyata tdk kunjung tiba.
Cerita punya cerita, sampailah kami pada dorongan untuk membuktikan dugaan bahwa korban tidak hanya satu anak.
Tindak pelecehan sexual terhadap anak2 itu bukan kejahatan ringan yang bisa diselesaikan dengan permintaan maaf dan surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Sungguh tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab menempuh cara seperti itu.
Penjahat kelamin itu penjahat paling nista dan menjijikkan yang memang harus dipajarra jarra.
Semakin menjijikkan jika jiwa iblisnya dibalut ekspresi orang suci. Saya rasanya ingin muntah semuntah-muntahnya di wajah mesumnya.
Memang benar bahwa menempuh jalur hukum itu ibarat menempuh jalan terjal dan asing serta penuh liku dan jeratan di sana sini.
Tapi itu bukan alasan penghindaran yang cukup pantas bagi orang2 dewasa yang seharusnya berada dalam posisi bertanggungjawab terhadap keamanan, keselamatan serta kehormatan anak2.
Satu anak mungkin adalah satu puncak saja dari satu gunung api ditengah laut.
Bersambung. I am on fire.
PS ; kasusnya sekarang di polisikan, tapi kami membutuhkan diskusi2 hukum dan psikologi anak. Teman-teman ada yang bisa bantu ?