Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Ahmad M Sewang

Respons Terhadap Pertanyaan Tentang Motto IMMIM

Dengan penuh hormat dan takzim kepada the founder father, almarhum Haji Fadli Luran, yang telah menetapkan motto itu.

Editor: Jumadi Mappanganro
ALFIAN
peresmian Kampus II Ponpes IMMIM Putra Moncongloe, Maros, Sabtu (28/10/2017). 

Penulis juga minta agar bisa dibaca buku Persatuan Umat yang sudah beredar di toko buku al-Markaz dan toko buku Taha Putra agar terhindar dari salah paham.

Andai kata Haji Fadli Luran masih hidup, ia akan gembira melihat para pelanjutnya yang bisa berpikir dinamis.

Menurut Drs. AGH Muhammad Ahmad, sekarang penasihat DPP IMMIM, bahwa almarhum sangat terbuka dalam menyikapi setiap permasalahan.

Memang, diakui penyesuaian di IMMIM masih terbatas sesuai kedudukannya sebagai organisasi yang ada di daerah.

Prinsipnya kami di IMMIM berusaha beramar makruf dan bernahi munkar sesuai potensi yang ada dengan tetap memperhatikan kondisi sosial budaya yang dihadapi, tanpa perlu tergesa-gesa melakukan perubahan.

Kami bisa belajar pada metode Three Datuk's, pembawa Islam pertama ke Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17.

Mereka memperkenalkan Islam dengan metode tadrij bahkan Islam yang diperkenalkan lewat strategi top down dengan Islam minimal yang cukup bersyahadat lebih dulu.

Harapan mereka bahwa yang akan melakukan intensifikasi atau penyempurnaan Islam yang lebih komprehensif adalah generasi yang akan datang kemudian.

Sebab jika langsung memperkenalkan Islam kaffah, bukannya islamisasi akan mencapai tujuan tetapi akan mengalami kegagalan di tengah jalan.

Penulis juga pernah jadi mahasiswa almarhum Prof. Nurcholish Madjid, beliau berpesan:

"Jika baru menstarter motor atau mobil janganlah langsung tancap gas. Ssebaliknya jika menghentikannya jangan pula langsung direm mati, sebab boleh jadi akan terjadi kecelakaan."

Jadi, menurut penulis, almarhum H. Fadli Luran mengeluarkan motto di atas sebagai respon pada zamannya. Menurut penulis, beliau telah berhasil memainkan peran di masanya.

Jadi sesuai perkembangan masyarakat Islam selama 56 tahun terakhir sejak IMMIM didirikan, perlu memang penyesuaian, sesuai usulan para sahabat di atas.

Sebagai orang yang diberi amanah di IMMIM juga sudah lama memikirkannya dan insya Allah akan penulis usulkan di mubes nanti berupa penyesuai Motto baru yaitu:

التوحيد فى الأصوال والتسامح فى الفروع

Bagaimana memformulasikan dalam bahasa Indonesia yang benar dan baku?

Insya Allah akan dibicarakan dengan ahli bahasa Indonesia. Mungkin saja usulan ini barulah salah satu usulan dan belum tentu yang terbaik dan bisa diterima.

Sebagai orang yang hidup di alam demokrasi, kami tetap menunggu usulan yang lebih baik nanti.

Kita juga tidak boleh mengusulkan sesuatu yang asal-asalan. Apalagi menyangkut pedoman berorganisasi tanpa ada argumentasi yang kuat.

Penjelasan di atas, sebenarnya kami ingin berkata, bukannya tidak mau ditanggapi, malah justru kami gembira dan berterima kasih.

Tetapi jika tanggapan itu berulang-kali dan berkali-kali pula dijawab, bukannya turut memberi motivasi, tetapi justru bisa jadi penghambat.

Sebab bisa menyita waktu yang sangat bernilai. Bahkan bisa berubah menjadi perilaku unproductive.

Demikian penjelasan dari penulis, semoga masalah ini tidak lagi ditanyakan ulang.

Andai ada pertanyaan sama, pasti tidak akan direspons lagi.

Sebab masih banyak agenda yang lebih utama perlu mendapat perhatian, seperti:

1. Persatuan Umat,

2. Keterbelakangan Umat dalam berbagai segi kehidupan,

3. Keakraban kebangsaan yang semakin renggang, dan masih banyak lagi.

Sekarang penulis mengeluarkan tantangan baru, terutama bagi yang merasa diri sebagai guru besar.

Bagi penulis, guru besar seharusnya tidak mengenal kamus pensiun, Apalagi jika masih ada keinginan menyandang Prof di depan namanya.

Sebaiknya tetaplah menjalankan tugas sebagai guru besar dengan tulus.

Di antaranya menyebarkan ide-ide baru yang konstruktif dan menulis buku sebagai hasil penelitian dan pengamatan.

Aktivitas ini lebih bermanfaat untuk masyarakat dan jauh lebih produktif daripada seperti masyarakat awam yang semua masalah ingin ditanggapi.

Tulisan tersebut diharapkan kelak menjadi legacy jariah setelah mau atau tidak mau harus angkat kaki dari planet dunia yang fana ini. (*)

Wassalam,

Makassar, 23 Juli 2020

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved