Opini Aswar Hasan
Gerakan 3M Wahdah Islamiyah, dari Keluarga untuk Negara
Dalam konteks itu, maka seharusnya para kepala rumah tangga sebaiknya berprinsip; “Rumah Tanggaku, Adalah Negaraku dan Negaraku adalah Rumah Tanggaku”
Sayangnya, pembinaan keluarga rumah tangga acapkali diabaikan oleh negara karena dianggap sudah menjadi tanggung jawab anggota masyarakatnya sendiri.
• Kabar Baik, 168 Warga Luwu Timur Sembuh dari Covid-19 Hari Ini
Sementara itu, persepsi kepala keluarga atau ibu rumah tangga masih tidak melihat korelasi positif yang signifikant masa depan rumah tangga dalam kehidupan bernegara.
Sehubungan dengan bagaimana seharusnya melakonkan pembinaan rumah tangga demi kebahagiaan keluarga dan kemaslahatan masa depan negara, penulis merasa perlu mengelaborasi kajian spesial secara online dari Wahdah Islamiyah yang dimotori oleh Lembaga Pernikahan dan Pembinaan Keluarga Sakinah (LP2KS).
Kajian spesial itu mengambil tema “Ayahku Hebat Ayahku Idolaku”.
Kajian menampilkan pembicara hebat yaitu Ustaz Dr Muh Zaitun Rasmin Lc MA selalu Ketua Umum Wahdah Islamiyah Pusat dan Ustadz Bendri Jaysurrahman, konsultan ketahanan keluarga dan penulis buku Fatherman yang saat ini lagi banyak jadi pembicaraan di kalangan keluarga muslim.
Gerakan 3M
Dalam mengawali kajian spesial tersebut Ustadz Zaitun mengemukakan pentingnya gerakan 3 M bagi setiap rumah rangga. Apa sajakah 3 M tersebut?
Pertama, rumah tangga sebagai madrasah.
Setiap rumah tangga muslim seharusnya menjadi madrasah bagi setiap anggota keluarga dan ibu rumah tangga adalah guru pertama dan terakhir setiap murid di madrasah itu.
Sementara sang ayah adakah kepala madrasah yang bertanggung jawab keberlangsungan proses belajar mengajar khususnya bagi ketersediaan fasilitas proses belajar dan mengajar secara aman dan nyaman.
Proses belajar dalam madrasah itu, tidak hanya diwarnai dengan kegiatan transfer pengetahuan.
• Mobilnya Ditarik Debt Collector, Pengusaha Bulukumba ini Lapor Polisi
Tetapi yang jauh lebih penting dan utama adalah transformasi kepribadian anak didik untuk berakhlak karimah (sesuai tujuan misi kenabian).
Oleh karena itu, faktor ketauladanan penjadi penting dalam setiap rumah tangga.
Proses transformasi kepribadian sang anak didik dalam madrasah itu, tidak mesti menghadirkan sosok Ayah (kepala sekolah) yang sempurna, tetapi cukup jika anak didik mendapat perhatian dan bimbingan untuk meningkatkan kualitas dirinya agar bisa mandiri.
Adapun kurikulum mendasar dalam madrasah itu, adalah senantiasa merujuk pada Al Qur'an Surah Luqman, ayat 12 dan 19 yang inti mata pelajarannya sekitar 10 poin utama, yaitu:
1. Mentauhidkan Allah dan pantang mempersekutukannya.