Cerita Topi Pet Sapardi Djoko Damono, Jadi 'Teman Setia' saat Jalan-jalan hingga Puluhan Tahun
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020) pagi. Sapardi pergi, tetapi karyanya abadi.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Topi saya pakai untuk melindungi kepala dari pendingin ruangan di pusat belanja," kata pria kelahiran 20 Maret 1940 itu.
Pada 2015 itu, ia mengaku memiliki sekitar 20 topi.
Mayoritas topi miliknya adalah pemberian penggemar dan mahasiswanya.
Sapardi dan benda-benda di sekitarnya

Berbicara mengenai benda-benda di sekitar Sapardi, yang biasa disapa SSD, ternyata benda-benda itu menjadi inspirasi penulisan puisinya.
Dikutip dari Harian Kompas, 17 Februari 2008, SSD mengungkapkan, ia memandang sesuatu seperti cara pandang anak kecil.
Dengan cara ini, benda-benda biasa sehari-hari tampak menjadi aneh dan berbeda.
Dia kerap terinspirasi dari barang di sekitarnya untuk menulis puisi, mulai dari hujan, kerikil, balon, kucing, angin, langit, bumi, hingga orang.
Benda-benda itu diolah dalam kalimat yang sekilas tampak bersahaja, tetapi hasil akhir dari rangkaian puisi itu sangat kuat dan menggugah.
Saat membacanya, pembaca akan merasa seperti tersedot dalam kilasan-kilasan adegan atau khayalan visual yang sublim, lirih, dan hidup.
Bagaimana puisi-puisi itu lahir? Ternyata tidak lahir seketika.
Misalnya, sajak "Aku Ingin", yang diciptakan pada suatu sore tahun 1989.
Kala itu, Sapardi tiba-tiba merasa ada sesuatu yang sudah masak di kepalanya dan butuh dituangkan segara.
Dia pun menulis tangan ungkapan-ungkapan itu. Prosesnya cepat sekali. Bahkan, dia sendiri kaget.
Hingga berkeringat dan gemetaran waktu menulisnya.