OPINI
Saya dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Saya bersentuhan dengan IPM saat usia baru menginjak 13 tahun. Bermula dari ceramah di masjid pada bulan Ramadhan 1987.
Saya memberitahu orangtua bahwa saya tidak mau lanjut ke SMP tapi mau ke pesantren, sekolah tempat remaja tersebut.
Orangtua kaget karena perilaku saya selama SD kurang meyakinkan...hehe..
Maklum anak pasar dan terminal, lebih senang nonton akrobat penjual obat di pasar yang pandai mengangkat tenda-tenda di tengah lapangan dengan 'sihirnya' atau menagih 'uang keamanan' angkot di terminal.
• Menhan Prabowo Tertarik Akuisisi 15 Jet Tempur Eurofighter Typhoon Austria, ini Kehebatannya
Terminal dan pasar satu kawasan dan dekat rumah. Saya dan anak-anak seusiaku atau yang lebih tua tergabung dengan geng "ANPAS"-anak pasar..hehe.
Singkat cerita, saya meninggalkan kampung menuju Makassar untuk sekolah di pesantren.
Masalahnya, di pesantren mana? Anto (kakek) saya yang kebetulan militer AD berdinas di Mahmil punya teman sesama militer mengasuh pesantren.
Setelah ketemu dengan temannya itu, saya akhirnya diantar pakai mobil hardtopnya ke pondok pesantren temannya untuk didaftarkan sebagai santri.
Pesantren itu bernama Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Gombara, Ujungpandang (Makassar).
Pesantren milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel. Di kemudian hari, teman militer kakek saya itu menjadi pimpinan pondok yakni Alm. KH Makmur Ali, seorang militer berpangkat Kolonel TNI AD.
Saat saya masuk pesantren dipimpin oleh KH Abdul Djabbar Ashiry, beliau mantan Ketum PW Muhammadiyah Sulsel. Ulama zuhud dan berpengaruh di Sulsel.
Seangkatan saya nyantri di pondok ada ratusan orang yang dibagi kedalam 4 asrama besar yakni asrama Almujahidin, Hasan Albanna, Jenderal Sudirman dan Mas Mansyur.
Untuk santri baru, menempati asrama Almujahiidin. Ada ratusan isinya berasal dari segala penjuru Indonesia: dari Jawa, kalimantan hingga Papua.
• Mahasiswa Bunuh Diri Diduga karena Kelamaan Kuliah, Jokowi Mau Bubarkan 18 Lembaga, Update Corona
Aturannya, hanya diberi 3 bulan untuk berbahasa Indonesia atau daerah setelahnya wajib berbahasa Arab atau Inggris yang dibagi kedalam 7 hari: 4 hari berbahasa Arab dan 3 hari berbahasa Inggris atau sebaliknya.
Jadwal harian sudah diatur, bangun pagi sejak pukul 3.30 dan tidur malam jam 10. Detik perdetik dan jam perjam sudah ada agenda masing-masing.
Menghadapi jadwal demikian ketat ini, sang anak pasar tentu kelimpungan minta ampun, namun tekadku sudah bulat, "saya bisa seperti anak remaja itu".