Kolom Ahmad M Sewang
Menghindari Sikap Ekstrem dan Membangun Moderasi Beragama
Ditulis Guru Besar UIN Alauddin Makassar dan Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Masjid Mubalig Indonesia Muttahidad (IMMIM)
Boleh jadi setelah penelusuran akan menemukan kebenaran baru.
Di sini bisa dua kemungkinan, yaitu akan lebih memperkuat pendapat semula atau justru mengubah pendapat sendiri dengan menhikuti pendapat lain yang dianggapnya ternyata lebih kuat.
Penulis dapat pesan dari seorang ahli hikmah yang masyhur bahwa perbedaan dalam masalah apa pun tidak bisa langsung dijustifikasi atau dikafirkan.
Perlu lebih dahulu diteliti secaa mendalam dan didialogkan secara terbuka untuk memahami argumentasi mereka, siapa tahu mereka memiliki penafsiran yang berbeda.
Jika hanya beda penafsiran, kenapa harus berselisih?
Jadi budaya dialog dalam masyarakat seperti yang diwariskan para pendiri bangsa sebelum kemerdekaan perlu kembali dihidupkan.
Dialog terbuka adalah bagian dari sikap moderasi beragama yang bisa membawa kepada persatuan umat.
Sebaliknya, budaya menutup doalog adalah berasal dari masyarakat yang masih bersahaja yang sudah ketinggalkan.
Seri berikutnya tentang hal yang bisa menghambat pada persatuan, yaitu hobi saling menyesatkan dan mengafirkan.
Wassalam,
Makassar, 13 Juli 2020