Priapisme Kini Serang Pasien Virus Corona, Apa itu dan Bagaimana Cara Mengatasinya? ini Kata Dokter
Priapisme Kini Serang Pasien Virus Corona, Apa itu dan Bagaimana Cara Mengatasinya? ini Kata Dokter
- Jangan minum alkohol
- Jangan merokok
Tujuan dari semua perawatan adalah untuk membuat ereksi hilang dan mempertahankan kemampuan untuk memiliki ereksi di masa depan, dan mungkin termasuk ligasi bedah, injeksi intravena dan shunt bedah.
Fenomena Baru Virus Corona
Fenoma baru terkait Virus Corona terjadi di Eropa, tepatnya di Perancis, dan menimpa pasien laki-laki.
Penyakit Covid-19 ternyata dapat menyebabkan priapisme yang membahayakan bagi kaum pria.
Priapisme adalah ereksi yang berlangsung lebih dari empat jam dan ini sangat menyakitkan dan berpotensi bahaya.
Wikipedia menulis, priapisme yakni kondisi penis berereksi dan tidak dapat kembali kepada keadaannya yang semula dalam waktu di bawah empat jam, walaupun rangsangan fisik atau psikologis sudah diberikan.
Celakanya, meski penis ereksi empat jam lebih, si pria tak memiliki hasrat seksual atau tak punya libido.
• Penyebab Rhoma Irama Tak Bisa Menolak Undangan Manggung di Bogor, Sosok Abah Surya Pendiri Soneta
• Viral Video Petugas Berbaju APD Lempar 8 Mayat Diduga Korban Covid-19 ke Dalam Lubang
Kasus ini digolongkan keadaan gawat darurat medis dan harus ditangani oleh seorang tenaga medis berpengalaman.
Dailymail.co.uk seorang pria berusia 62 tahun yang tidak dikenal dari Perancis menderita kondisi yang menyakitkan ketika menerima perawatan di rumah sakit karena serangan Coronavirus yang parah.
Ereksi disebabkan oleh darah yang terperangkap di penis, yang ditemukan penuh dengan gumpalan ketika dikeringkan oleh petugas medis.
Pembekuan darah, atau trombosis, telah dilaporkan sebagai komplikasi berbahaya hingga menimpa sepertiga dari pasien yang terinfeksi coronavirus.
Ketika gumpalan memblokir arteri atau vena, penyumbatan dapat memicu serangan jantung fatal dan stroke. Mereka juga dapat menyebabkan pripiasme.
Tetapi ini diyakini sebagai priapisme pertama kali dilihat sebagai efek samping dari Coronavirus, yang telah menewaskan 500.000 orang lebih di seluruh dunia.
Pasien meninggalkan perawatan intensif setelah menghabiskan dua minggu dengan ventilator, menunjukkan dia sekarang sudah pulih dari Covid-19.