Kolom Ahmad M Sewang
Berjuang Memerlukan Keyakinan dan Kesabaran
Ketika Three Datuk's melakukan islamasasi di Kerajaan Gowa, mereka mengembangkan Islam minimal yang penting bersahadat lebih dahulu.
Andai kata ada yang berpendapat bahwa mempersatukan umat sebuah pekekerjan sulit bahkan utopia.
Pendapat itu pada kurun tertentu ada benarnya yaitu jika yang diinginkan lansung melihat hasilnya.
Penulis mendapat pengalaman berharga dari kearifan penyebar Islam pertamai Sulawesi Selatan di atas pada awal abad ke-16.
Inilah yang memberi kesadaran baru sehingga penulis tidak berpretensi sama sekali bahwa Persatuan Umat akan berhasil di masa hidup penulis, tetapi boleh jadi baru berhasil setelah beberapa generasi berikutnya, yaitu setelah tulang belulang penulis sudah hancur dalam tanah.
Paling penting perjuangan dilakukan secara kontinyu. Tidak pernah berhenti, walau dilakukan dengan sangat sedehana, tetapi selalu ada upaya meneruskan dari generasi ke generasi, seperti upaya penulis adalah lanjutan dari upaya Haji Fadli Luran sebelumnya.
Jika ditelusuri ke belakang akan sampai ke Three Datuk's bahkan akan sampai kepada Nabi Muhammad saw.
Bukankah definisi islamisasi oleh M.C. Riclefs, Ilmuwan Australia yang ahli sejarah Indonesia, berpendapat, "Islamisation is a process which has continued down to the present day," yaitu sejak kedatangan Islam pertama kali, sampai sekarang terus menerus islamisasi itu berlangsung.
• Detik-detik Rektor UNIBA Buka Baju dan Nyatakan Mundur dari Jabatan saat Orasi di Depan Mahasiswanya
Teori ini bisa ditarapkan pada pribadi setiap orang, misalnya pada diri penulis sendiri mengenal Islam sejak anak-anak dan berlangsung terus menuju penyempurnaan.
Jadi sampai sekarang menurut teori Riclefs, Islam penulis belum sempurna. Kkarena itu harus secara kontinyu belajar terus-menerus sampai ajal datang menjemput.
Artinya, tidak boleh ada orang yang mengklaim bahwa dialah paling sempurna
Insya Allah seri tulisan yang akan datang akan diperkenalkan tentang perjuangan yang mulanya dianggap utopia dalam kurun waktu tertentu, berubah jadi kenyataan di kemudian hari.
Perlu pula dijelaskan bahwa ide dari setiap tulisan, tetap terbuka dan memerlukan sikap kritis dari teman-teman agar nantinya kita mengusung ide bersama dalam persatuan umat.
Akhirnya, penulis mohon bahwa semua respon akan ditampung lebih dahulu dan tidak akan dijawab secara spontanitas, melainkan jawaban itu bisa disimak pada seri berikutnya.
Sehingga penulis mendapatkan kesempatan berpikir secara jernih. Sayang sekali, kemampuan menulis sudah tidak seperti biasa, sehingga hanya bisa menulis sekali atau dua kali seminggu.
Apalagi setiap seri tulisan ini juga dimuat di media massa. (*)
Wassalam,
Makassar, 2 Juli 2020