Perjuangan Guru Daerah Khusus
Perjuangan Guru Daerah Khusus di Pulau Kei Besar, Maluku, Malam Hari Ngajar Anak Didik Tanpa Listrik
Selama pandemi Covid-19 ini, Pak Anano bersama rekan-rekan guru tetap melakukan pendampingan terhadap peserta didik meskipun kondisinya serba terbatas
Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM - Perjuangan Guru Daerah Khusus di Pulau Kei Besar, Maluku, Malam Hari Ngajar Anak Didik Tanpa Listrik.
Namanya Lesrianto Anano. Saya mengenal sosok guru ini di tahun 2018 pada saat Pelatihan Guru Daerah Khusus (PGDK) di Makassar 2018 lalu.
• Tembok Kokoh PSM Bareng Jack Komboy, 2 Kali Jadi Runner-up Ligina, Begini Kiprah Charis Yulianto?
• Banjir Pujian, Wanita Ini Hanya Minta Mahar Uang Koin Rp 500 ke Calon Suami, Bandingkan Uang Panai?
Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2018.
Pak Anano, mengajar di SMP Negeri 2 Kei Besar, Desa Watlaar, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara.
Pulau Kei Besar merupakan salah satu pulau di Kepulauan Kei, bagian dari gugusan Kepulauan Maluku, Provinsi Maluku.

Dikutip dari wikipedia, jarak Kota Tual, Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara ke Ibu kota Provinsi Maluku yakni di Kota Ambon adalah 617,40 km.
Atau sekitar 343 mil laut --Itu kalau ditarik garis lurus. Perjalanan yang ditempuh dengan pesawat udara selama ± 60 menit.
Dari berbagai referensi yang saya peroleh, ternyata masih ada beberapa daerah di Pulau Kei Besar yang belum teraliri listrik.
• Bupati Gowa Putuskan Belajar Daring Dilanjutkan di Tahun Ajaran Baru
• Begini Pengalaman Marcell Darwin Saat Pertama Kali Salat Berjamaah di Masjid? Jadi Mualaf Kaget Ini
Masih banyak warga yang belum merasakan nikmatnya menggunakan fasilitas listrik, termasuk peserta didik Pak Anano.
Selama pandemi Covid-19 ini, Pak Anano bersama rekan-rekan guru tetap melakukan pendampingan terhadap peserta didik meskipun kondisinya serba terbatas.
Para guru paruh baya ini tetap bersemangat mendidik dan mengajarkan yang terbaik bagi peserta didik mereka.

Mengingat jarak tempat tinggal peserta didik yang saling berjauhan, Pak Anano pun berinisiatif untuk melakukan kunjungan dari rumah ke rumah peserta didik.
Kunjungan itu tidak saja dilakukan pada siang hari, malam hari pun para guru di SMP Negeri 2 Kei Besar tetap mengunjungi peserta didiknya.
Jika jarak antara rumah peserta didik berdekatan, maka mereka diminta untuk berkumpul dalam kelompok kecil.
• PPDB 2020, Kunker DPRD Parepare di Disdik Sulsel, Update PPDB Jalur Afirmasi dan Jalur Prestasi SMA
• Update Pendaftaran PPDB 2020 Sulsel Jenjang SMA SMK SLB, Jadwal & Tata Cara Jalur Zonasi, Afirmasi
Maksimal kelompok belajar itu berjumlah 3 orang untuk belajar bersama di bawah pendampingan gurunya.
Mungkin kita berpikir bahwa selama pendampingan di malam hari, guru dan peserta didik duduk di bawah sinar lampu listrik. Tapi tidak sama sekali.
Mereka duduk mengelilingi lampu ‘ublik’ –sejenis lampu minyak tanah yang dipakai warga sebagai alat penerang saat malam tiba.

“Mereka tidak pernah mengeluh dan menyerah pada keadaan. Mereka tetap semangat belajar agar kelak dapat meraih cita-cita,” kata Pak Anano.
Beberapa keluarga, kata Pak Anano, memang sudah memiliki mesin genset, tapi tidak bisa dihidupkan setiap malamnya.
Hal itu mengingat biaya operasional yang tidak sedikit dan sulitnya mendatangkan bahan bakarnya.
• Aturan Mendikbud Soal PPDB, Anak Guru di Makassar Prioritas Masuk di Sekolah Negeri
• MOU Bareng Ombudsman, Disdik Makassar Optimis PPDB Digelar Profesional
Oleh karena itu, lampu ‘ublik’ menjadi salah satu alternatif utama sebagai penerang di malam hari.
SMP Negeri 2 Kei Besar berdiri pada tahun 1963. Meskipun demikian, sekolah ini belum memiliki sumber listrik sama sekali hingga kini.
Mungkin kita di kota besar sering mengeluh saat adanya pemadaman listrik, yang biasanya hanya berlangsung tidak lebih dari setengah jam.

Mungkin juga kita sering menggerutu saat jaringan internet kurang bersahabat. Mungkin kita sering mengumpat saat bepergian dengan kondisi jalan berbatu dan terjal.
Bagi penduduk Desa Watlaar, hal ini bukan kondisi luar biasa. Bahkan mungkin sudah sangat biasa mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga sekarang mereka belum merasakan aliran listrik yang memadai untuk beraktifitas, terutama di malam hari.
• Gegara Motor Seorang Anak Tega Laporkan Ibunya ke Aparat, Tahu Situasi, Begini yang Dilakukan Polisi
• Gregetan Istri Tak Kunjung Hamil, 10 Tahun Menikah, Akhirnya Periksa ke Dokter, Ternyata Nikahi Pria
Belum lagi bisa menikmati jaringan internet untuk bersosialisasi di dunia maya dan juga belum berkendara di atas jalanan aspal yang mulus tanpa bebatuan penghalang.
Bagaimana guru dan peserta didik dapat mengenyam pembelajaran dalam jaringan atau Daring? Jaringan listrik saja tak ada, pun jaringan internet tiada.
“Jika ingin berselancar di dunia maya, penduduk setempat harus menempuh perjalanan selama 90 menit dengan menyewa ojek,” kata Pak Anano.

“Ongkos ojek tidak tanggung-tanggung. Kami harus mengeluarkan uang Rp 150 hingga Rp 200 ribu. Berarti pergi dan pulangnya adalah Rp 300-400 ribu,” lanjutnya.
Jika demikian, mereka akhirnya memilih untuk tidak keluar dari desanya.
Mereka memilih untuk saling berkabar via telepon seluler yang jaringannya timbul tenggelam.
Itupun jaringan seluler hanya ada di lokasi-lokasi tertentu. Sehingga tak jarang bagi yang ingin menelpon harus menunggu di titik tersebut.
Meski dengan segala keterbatasan, Pak Anano, rekan-rekan guru, peserta didik, dan warga Desa Watlaar terus memupuk semangat anak didiknya.
Mereka pun yakin, bahwa suatu hari nanti mereka akan bisa mengenyam aliran listrik, jaringan internet yang memadai, hingga jalanan mulus.
"Mudah-mudah desa kami nanti bisa dialiri listrik dengan kondisi yang lebih memadai. Demikian pula jaringan telepon seluler. Makanya kami tidak bisa, koneksi Hp lama-lama," kata Anano.
Semoga para guru dan peserta didik di daerah khusus seperti di Desa Watlaar, Kecamatan Kei Besar segera mendapat kesempatan untuk merasakan sensasi berselancar di dunia maya dan mengakses informasi sebanyak yang mereka butuhkan. (*)