Kilas Tokyo
Mengulas Japan Model, Cara Negeri Matahari Terbit Melawan Corona
Tidak semua langkah Jepang menyelesaikan masalah dan membuahkan good news.
Begitu nalar saya berpendapat. Tapi seperti biasa, lagi lagi saya terkagum pada akhirnya.
Dengan caranya sendiri, Jepang bisa melandaikan kurva dalam waktu satu bulan setengah.
Jumlah total kasus minggu ini masih 17 ribu dan kasus baru antara 30-50 an secara nasional.
Tingkat kematian per kapita Jepang salah satu yang terendah di dunia, 40 kali lebih rendah dari Amerika Serikat.
Estimasi tim panel ahli Covid-19 Jepang bahwa kurva akan melandai bulan Mei jika mobilitas berkurang 80 persen ternyata tepat.
Grafik dan angka yang mereka prediksi menjadi realitas.
Seakan punya boneka Doraemon, yang bisa memunculkan apa yang diinginkan secara langsung.
Sementara negara lain terutama negara maju G7, tak berdaya bersusah payah menghadapi ratusan ribu kasus plus puluhan ribu kematian.
Cara penanganan juga unik, diistilahkan oleh PM Abe sebagai ‘Japan Model’.
Negara tidak memaksakan lockdown dan melakukan sedikit PCR tes; dua elemen yang bagi negara lain justru sangat urgen.
Juga tanpa penggunaan teknologi tracing IT akses private information warga.
Jepang malah memilih gaya sedikit defensif. Mengatur ritme jumlah pasien.
Melakukan penelusuran kasus melalui cluster-based approach. Menstimulate kesadaran dan kepatuhan masyarakat.
Memaksimalkan budaya bersih higienis yang sudah ada. Juga penyerahan tanggung jawab penanganan secara maksimal ke setiap prefektur.
Ketika jumlah kluster berisiko makin menyebar dan membesar, status darurat nasional pun diumumkan pada saat yang tepat; ketika rumah sakit masih mampu menghadapi ledakan jumlah pasien.