Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Pandemi Covid-19, Momentum Bangkitkan Pangan Lokal

Gerakan masyarakat untuk menanam di pekarangan menjadi kesadaran baru warga untuk mandiri memproduksi pangan.

Editor: Jumadi Mappanganro
handover
Munawar Khalil N 

Mengubah kebiasaan itu membutuhkan waktu, namun seiring waktu perubahan akan nampak apabila kita mengampanyekan terus menerus betapa pentingnya pangan lokal untuk ketahanan pangan.

Salah satu yang bisa kita lihat adalah bergeliatnya industri rumahan dan UMKM yang bergerak di bidang pangan lokal.

BKP Kementan tahun 2019 lalu telah menerbitkan direktori pangan lokal yang berisi berbagai produk olahan pangan lokal dengan kemasan yang cantik dan dan tidak kalah dengan produk-produk pangan dari luar.

Lengkap dengan kontak yang dapat dihubungi sehingga memudahkan bagi siapapun untuk mengakses atau bahkan menjalin jejaring industri pangan lokal.

Bangun Industri Pangan Lokal

Sejak lama gandum diimpor dari luar sehingga kita begitu tergantung pada komoditas pangan tersebut. Impor gandum dalam setahun bisa mencapai 10 juta ton.

Gandum yang tidak diproduksi di Indonesia dan bukan pangan pokok kita pada kenyataannya sangat kita butuhkan. Tepung terigu-produk turunan gandum-menjadi bahan baku pembuatan mi instan, biskuit, kue, bahkan gorengan.

Panik Hasil Rapid Test-nya Reaktif, Sepasang Suami Istri di Bali Diam-diam Kabur dari Rumah Sakit

Hal ini tentu menjadi satu persoalan tersendiri mengingat bahwa sebetulnya potensi untuk menyubstitusi gandum itu dengan bahan atau komoditas lain sangat memungkinkan.

Salah satunya mengganti tepung gandum dengan tepung cassava atau tepung ubi kayu yang biasa dikenal dengan mocaf (modified cassava flour).

Persoalannya memang masih di kendala volume produksi dan juga harga yang relatif lebih mahal dari tepung gandum.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementan mendorong industri pangan lokal untuk memproduksi tepung-tepungan baik dalam skala kecil maupun besar.

Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) yang difasilitasi oleh BKP tersebar di 9 lokasi di tanah air, dan fokus pada penyediaan bahan baku berupa tepung berbasis komoditas ubi kayu, jagung, dan sagu.

Ini tentu membersitkan harapan agar industri pangan lokal bisa menggeliat dan lebih berdaya.

Upaya pemerintah untuk mendorong industrialisasi pangan lokal tersebut seiring dengan kampanye diversifikasi pangan yang dilakukan pemerintah bersama peran serta masyarakat tentu diharapkan akan bermuara pada perubahan signifikan terkait pola konsumsi masyarakat Indonesia yang tidak lagi tergantung pada 1 atau 2 komoditas pangan saja.

Dengan demikian, diharapkan bukan saja pandemi ini mengubah interaksi sosial kita tetapi juga merevolusi pola konsumsi yang yang selama ini masih cenderung ke pangan impor atau masih bergantung pada satu komoditas pangan pokok tertentu berubah menjadi konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. (*)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved