Tau Manusia Bugis
Buku 'Tau, Manusia Bugis': Lasa Paddissengeng, Penyakit yang Banyak Diderita Gadis dan Janda Muda
Istilah lasa paddissengeng secara harfiah berarti penyakit ilmu tenun, maksudnya ilmu pekasih.
Selain itu para dukun seringkali menyarankan agar penduduk membiasakan diri memakan garam setiap kali bangun tidur, karena garam itu dianggap sangat manjur, baik untuk menimbulkan kekebalan di dalam tuhuh maupun mengusir segala jenis penyakit yang memang sudah mengendap dalam perut.
Selain itu, disarankan kepada anggota masyarakat, supaya berupaya meminum air hujan selama tujuh hari berturut-turut.
Tujuannya ialah untuk memusnahkan segala macam penyakit yang mungkin bersarang dalam diri manusia.
Air hujan yang manjur dijadikan obat, ialah ditampung langsung dari ujung atap pada hari Jumat.
Itulah yang diminum selama tujuh hari.
Lasa Tosunra secara harfiah berarti penyakit to (orang) sunra (dunia gaib; alam dewa-dewa), tepatnya penyakit khusus yang diakihatkan oleh makhluk-makhluk gaib, makhluk halus, makhluk yang berasal dari dunia gaib.
Dalam bahasa daerah Bugis ditemukan berbagai istilah yang digunakan untuk mengungkapkan makhluk-makhluk gaib, antara lain: to-botillangi yang berasal dari pertala bumi; sangia (dewa-dewa); dewata (dewata); tenritae (orang/makhluk yang tidak nampak; makhluk gaib); paddengngeng (pemburu yang berasal dari arwah orang yang sudah meninggal, pasukan penjaga gerbang PatotoE di Bottinglangik); waliala (arwah orang yang sudah meninggal dunia), mungkin identik dengan istilah indi.
Makhluk-makhluk halus tersebut seringkali menjadi penyebab timbulnya penyakit bagi makhluk manusia, sehingga secara berangsur-angsur lahir dan berkembanglah sistem pengetahuan tentang mereka yang mendapatkan gangguan tosunra.(bersambung)