Rumah Ramadhan
Privasi dan Kehormatan
Sekarang ini menjadi kebiasaan sebagian orang curhat, curahan hati urusan pribadinya pada orang lain.
Sang istri menceritakan kekurangan suaminya pada teman-teman arisannya, dia bongkar kalau suaminya makin kekurangan ‘daya’.
Suaminya selingkuh, tak mampu nafkahi hingga KDRT. Mungkin sekilas terasa dapat empati, tapi wibawa keluarganya jatuh.
Cerminan istri salehah adalah mereka yang mampu jaga privasi sang suami di area publik. Itulah komitmen jaga kehormatannya tadi.
Ruang curhat sebaiknya internal mereka saha melalui jalan dialog. Tentu tidak semudah itu kecuali ada pembiasaan.
Selama suami hargai istrinya, tentu menjaganya dengan tidak cerita aib istrinya, bully di depan orang lain.
Selain tidak memberinya solusi justru sebaliknya menggiring orang lain menilai buruk pasangannnya, hilang harga diri.
Privasi dan kehormatan jadi satu kesatuan.
• Hasil Tes Swab, Satu Pedagang Pasar di Takalar Dinyatakan Positif Corona
Membicarakan aib pasangan, sama artinya dia telah gadaikan kerhomatan dirinya dan kekuarganya.
Bukankah keluarga merupakan harta paling berharga, seperti lirik lagu Keluarga Cemara.
Lelaki yang terhormat yang mampu hormati perempuan.
Perempuan terbaik yang dapat jaga kehormatan dan harga dirinya dan keluarganya dihadapan orang lain yang diyakini menghormatinya.
Betapa peliknya hidup berkeluarga itu. Selalu ada godaan curhat, buka aib, bicarakan privasi pada orang lain.
Alasannya ia terbebani banyak masalah dan terasa ringan ketika berbagi pada orang lain, abai kalau tindakannya itu keliru.
Sebab saat bersamaan telah kehilangan kehormatan dan harga dirinya.
Saling menutupi privasi pasangan adalah pembuktian penghormatan. Cintanya yang saling melengkapi.
Lagi, jangan sesekali cerita kekurangan pasangan pada orang lain atau membuka masalah yang mendera keluarga demi jaga kehormatan Anda! (*)