Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadan 2020

Tasbih Raksasa dan Awal Mula Peradaban Islam di Binuang Polman

Tasbih berukuran besar dengan panjang 38 meter terus dirawat dan dilestarikan warga Kelurahan Amassangang, Kecamatan Binuang, Polman

Penulis: Nurhadi | Editor: Suryana Anas
Pengurus Masjid Nurul Hidayah Binuang
Warga Binuang Polman zikir berjamaah di Masjid Nurul Hidayah menggunakan tasbih raksasa. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU -- Tasbih berukuran besar dengan panjang 38 meter terus dirawat dan dilestarikan warga Kelurahan Amassangang, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat.

Tasbih tersebut memiliki usia 400 tahun. Memiliki biji seukuran buah kemiri sebanyak 3.330 butir terbuat dari buah Manjakani yang didatangkan langsung dari Tanah Suci Mekah.

Tasbih itu diwariskan turun temurun dan menjadi saksi awal mula peradaban agama islam di wilayah Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

Imam Masjid Nurul Hidayah Binuang Muslimin mengatakan, tasbih itu dibawa oleh Syekh Abdul Kadir atau yang lebih dikenal dengan nama Haji Mallawi di tanah Mandar.

Syekh Abdul Kadir adalah seorang ulama dari tanah Arab. Tasbih dibawa kr tanah Mandar saat menyebarkan agama Islam di Kerajaan Binuang.

"Ini diwariskan turun temurun. Saya sendiri mungkin yang menjadi generasi kelima,"kata Muslimin kepada Tribun-Timur.com di Masjid Nurul Hidayah Binuang, Senin (4/5/2020).

Dahulu, tasbih ini digunakan warga pada berbagai hajatan. Seperti khatam Al-Quran, maulid dan tahlilan.

Warga Binuang Polman zikir berjamaah di Masjid Nurul Hidayah menggunakan tasbih raksasa.
Warga Binuang Polman zikir berjamaah di Masjid Nurul Hidayah menggunakan tasbih raksasa. (Pengurus Masjid Nurul Hidayah Binuang)

Namun untuk menjaga kelestariannya. Saat ini hanya digunakan berzikir secara berjamaah di masjid setiap bulan Ramadan.

"Kami menggunakannya dzikir usai meleksanaka shalat tarwih,"ucap Muslimin.

Tapi, di tengah pandemi Covid-19, tasbih ini hanya disimpan di Iman Masjid karena saat ini dilarang membuat kerumunan. Sebab untuk menggunakannya dibutuhkan puluhan jamaah untuk memang sambil melapaskan dzikir.

Tasbih ini juga diklaim oleh warga Kecamatan Binuang sebagai tasbis yang terpanjang di dunia.

"Kalau berdzikir satu kali saja berputar, karena jumlahnya banyak 3.330 butir,"jelas Muslimin.

Kata Muslimin, pengurus rumah adat Balla Lompoa di Kabupaten Gowa, Sulawsi Selatan, pernah datang meminta tasbih tersebut karena ingin dimasukkan ke dalam museum.

"Saya menolaknya, karena saya ingin tetap menjaga tasbih warisan leluhur kami,"tuturnya.(tribun-timur.com)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

 

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved