17 Santri Positif Corona di Lutra
17 Positif Corona di Luwu Utara Semua Klaster Temboro dan Hasil Contact Tracing Kasus Pertama
"Kasus positif pertama sementara dikarantina di Makassar. Kemudian kita lakukan contact tracing. Lalu dilakukan pemeriksaan PCR tahap pertama
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - 17 santri positif terpapar Virus Corona (Covid-19) di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, merupakan klaster Temboro sekaligus hasil contact tracing kasus pertama.
"Kasus positif pertama sementara dikarantina di Makassar. Kemudian kita lakukan contact tracing," ujar Juru Bicara Pemkab Luwu Utara untuk Penanganan Covid-19, Komang Krisna, Sabtu (2/5/2020) malam.
Lalu dilakukan pemeriksaan PCR tahap pertama terhadap 15 santri dan hasilnya ada dua santri yang positif. Posisinya di Bone-bone.
Kemudian, pada pemeriksaan PCR tahap kedua, ada 41 santri yang diambil sampel swab hidung dan tenggorokannya.
Hasilnya telah dikeluarkan BBLK Makassar, 17 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.
"Kami mendapatkan informasi ini langsung dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan melalui sambungan telepon seluler," ujar Komang.
17 santri bersama dua santri asal Bone-bone kemudian dibawa ke Makasssar untuk dikarantina di Swiss-Bellhotel.
Komang menambahkan, pada awalnya ada 73 santri dari Temboro yang dilaporkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan kepada Pemkab Luwu Utara.
73 santri itu telah menjalani rapid test setiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Hasil rapid test yang didapatkan waktu itu adalah satu kasus reaktif, sementara kasus lainnya non reaktif.
Sehingga pihak Bandara Sultan Hasanuddin dan Dinas Kesehatan Sulsel merekomendasi santri non reaktif pulang ke rumahnya masing-masing di Luwu Utara.
"Sementara satu kasus reaktif diminta untuk karantina di Makassar," beber Komang.
Dipulangkannya puluhan santri diantisipasi Tim Gerak Cepat (TGC) Dinas Kesehatan Luwu Utara dengan berinisiatif melakukan contact tracing
Mengambil sampel swab hidung dan tenggorakan santri untuk pemeriksaan PCR di BBLK Makassar.
"Seandainya kita tinggal diam, kita biarkan, kita tidak respon, dan kita tidak periksa, pasti akan sangat berbahaya bagi masyarakat Luwu Utara," katanya.