Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Puisi Nasional

Selamat Hari Puisi Nasional, Sejarah di Balik Sebuah Hari Mengenang Wafatnya Penyair Chairil Anwar

Puisi merupakan suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair.

Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Anita Kusuma Wardana
Nur Fajriani R
Aktor Indonesia Butet Kertaradjasa bacakan puisi Maju Sama-sama di Google for Indonesia di Ciputra Artpreneur Theatre Lt 13, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNTIMURWIKI.COM - Setiap tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional sekaligus mengenang wafatnya Chairil Anwar, penyair terkemuka di Indonesia.

Ia diperkirakan membuat 96 karya termasuk 70 puisi. HB Jassin menobatkan Chairil Anwar sebagai pelopor angkatan '45 dan puisi modern bersama Asrul Sani dan Rivai Apin.

Pada Hari Puisi Nasional menjadi kesempatan untuk para netizen mengunggah status bergaya puitis bak seorang pujangga di berbagai akun media sosial mereka.

Puisi merupakan suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair.

Didalamnya berisi karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata.

Namun, tahukah kamu sejarah di balik Hari Puisi Nasional?

Nyatanya, hari ini tak sekadar memperingatai Hari Puisi semata, melainkan untuk mengenang wafatnya penyair terkemuka Indonesia, Chairil Anwar.

Dijuluki "Si Binatang Jalang", Chairil lahir pada 26 Juli 1922 dan wafat 28 April 1949.

Artinya, hari ini tepat 71 tahun kepergian sang pelopor puisi modern Indonesia itu.

Namun, kepergian sang penyair tetap dikenang melalui karya-karyanya yang melegenda hingga kini.

Chairil lahir dan besar di Medan, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940.

Masa-masa di Jakarta inilah menjadi awal perkenalan Chairil muda dengan dunia sastra.

Saat itu Chairil banyak membaca tulisan-tulisan dari para pengarang internasional ternama.

Karya-karya dari H. Marsman, Edgar du Perron, J. Slaurhoff, dan Rainer M. Rilke sudah menjadi santapannya sehari-hari.

Pada tahun 1942 Chairil mempublikasikan puisi pertamanya, dan terus menulis.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved