Kilas Tokyo
Dunia Baru Setelah Pandemi Covid-19
Masyarakat akan makin mengagungkan fungsi teleworking, kuliah online, telemedicine, kekuatan artificial intelligence dan big data.
Oleh: Muh Zulkifli Mochtar
Doktor alumni Jepang asal Makassar. Bermukim di Tokyo
KITA sudah banyak mengonsumsi informasi Covid-19 dalam tiga bulan belakangan ini. Pertanyaan terpenting, kapan wabah iniakan berakhir?
Peraih Nobel Prize Physiology-Medicine tahun 2012 Professor Yamanaka Shinya mengestimasikan akan setahun.
Estimasi PM Singapura Lee Hsien Loong, akan lebih dari satu tahun.
Jika berkaca ke timeline tipikal pandemi lain di masa lalu, biasanya antara 12 hingga 36 bulan.
Ini berhubungan juga dengan pengembangan vaksin.
Lupakan sejenak angka jumlah kasus terinfeksi. Mari kita berandai, pandemi akan berakhir setahun lagi.
Lalu, apa yang berubah setelah semua berlalu? What does the future world look like?
Diyakini, wajah dunia akan banyak berubah setelah pendemi berakhir.
Dalam berbagai perspektif. Di sini saya membahas beberapa di antaranya.
Pertama, bidang sains teknologi dan inovasi akan makin dominan dalam kehidupan dunia.
Masyarakat akan makin mengagungkan fungsi teleworking, kuliah online, telemedicine, kekuatan artificial intelligence dan big data.
Fungsi robot pengganti manual menghadapi virus akan makin terlihat.
Misalnya Pudu Technology yang menyebarkan robot melayani lebih dari 40 rumah sakit di China.
Dunia telah melihat bagaimana kedigdayaan big data di Taiwan mendeteksi orang yang risiko terinfeksi secara real time berdasar history penyakit, gejala, dan riwayat perjalanan.
Dengan internet teknologi, beberapa negara juga mampu melacak di mana orang terpapar dan dengan siapa mereka berinteraksi.
Teknologi akan mampu menjadi pemodelan, memprediksi aliran pandemi dan menganalisa cara response terbaik di masa depan.
Hanya saja, satu konsekuensi dari ini, level kebebasan privasi dan hak individu manusia akan sedikit menurun.
Kedua, dunia melihat banyak negara yang punya ketergantungan pasokan supply chain negara lain.
Mereka tak bisa berbuat apa apa ketika pasokan terhenti akibat pandemik.
Negara akan sadar kelemahan industri mereka dan berusaha mereview kebijakan investasi.
Jepang misalnya, berencana menyiapkan stimulus tunjangan sebesar 2,2 miliar USD untuk menggeser segera produsennya keluar dari China.
Sebisa mungkin kembali ke Jepang. Apalagi yang berhubungan dengan peralatan medis seperti masker, ventilators, test kits dan semacamnya.
Pemerintahan Shinzo Abe sejak minggu ini pun membagikan dua masker gratis ke setiap rumah. Saking penting dan langkanya produk ini.
Ketiga, institusi negara juga akan makin concern terhadap nilai kesehatan dan berusaha membangun kapasitas rumah sakit dan tenaga medisnya.
Dunia melihat bagaimana negara yang diyakini punya health care system terbaik seperti Italia dan Spanyol pun, tak berdaya diterjang Covid-19.
Manusia secara personal pun makin ingin hidup bersih.
Otomatis melahirkan pola kebiasaan baru. misalnya hasil survey Nielsen bahwa 86 persen responden di China akan lebih sering makan di rumah.
Bisnis dan korporasi juga akan menyesuaikan diri.
Mengutip analisa Hermawan Kartajaya, setelah pandemik berakhir, travel, hotel atau bisnis apa saja akan harus mulai menyelipkan unsurkesehatan menghadirkan tenaga medis dan sistem mitigasi memadai di dalam fasilitasnya.
Guna memberikan jaminan health, safety, dan flexibility.
Bukan tiga ini saja, masih akan banyak perubahan fundamental lain.
Mari kita percaya pandemi segera berakhir dan menyiapkan diri serta inovasi kita.
Agar mamputetap survive dalam dunia baru yang akan lahir. (*)
Tulisan ini telah terbit di koran Tribun Timur edisi cetak Sabtu, 18 April 2020.
Baca juga tulisan lain Muh Zulkifli Mochtar:
• Berusaha Move On Saat Masa Sulit