Virus Corona
Keresahan Di Antara Minimnya Kesadaran Warga dan APD Covid-19
Sembuhnya dokter ‘Spesialis Bencana’ senior Prof Dr dr Idrus Paturusi, jadi penyemangat baru, bahwa tenaga medis Sulsel bisa melalui masa-masa kritis
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Sakinah Sudin
Dia bercerita, beberapa kali dia dan personelnya coba membubarkan ‘kongkow-kongkow” warga di warung kopi, tapi respon yang dia dapat membuatnya ‘mafhum’.
“Kami mau makan apa Pak kalau hanya tinggal di rumah,” ujar perwira lulusan Akpol 2005 ini, di markasnya, Rabu (1/4) malam.
Sepekan terakhir, mantan Kapolsek Mamajang ini, aktif mendampingi aksi penyemprotan, bagi-bagi masker dan handsanitizer oleh kelompok relawan Fakultas Teknologi Industri UMI, tim gugus medis Ikatan Dokter Indonesia, Palang Merah Indonesia dan kelompok masyarakat lain.
Ketua Tim Relawan FTI UMI, Dr Zakir Sabara HW MT, juga miris menemukan respons rendahnya kesadaran warga kota.
Sejak dua pekan lalu, sekitar 20-an relawan mahasiswa dan dosen ini, memilih aksi sosial tinimbang berkoar imbauan di sosial media.
Hingga Kamis (2/4) ini, setidaknya sudah 83 fasilitas publik yang mereka rambah.
Ada 38 sarana medis; 15 rumah sakit, 13 puskesmas, 16 sarana ibadah; (13 masjid 2 gereja, 1 klenteng), dan tujuh markas aparat (polsek dan koramil) serta 32 sarana layanan publik sektor pendidikan, pemerintah, dan transportasi.
Dia menggarisbawahi kesadaran #stayathome atau #workfromhome hanya di level kelas menengah kota.
Untuk menaikkan level kesadaran ini, Panglima Kodam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangerukka, Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe, dan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah selaku penanggungjawab Gugus Kendali COVID-19 Sulsel, terus mengingatkan aparat untuk aktif sosialisasi ke level lorong.
Kesadaran publik hanya untuk pencegahan.
Namun tantangan lain keresahan COVID-19 ini justru muncul di sektor penanganan medis.
Keterbatasan alat pengaman diri (APD) bagi dokter dan paramedik, masker khusus, kaos tangan, rapid test pack untuk sampel darah, obat-obatan, juga tantangan tersendiri.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar Dr dr Siswanto Wahab Sp KK CK kepada Tribun, awal pekan ini, mengkonfirmasikan kondisi ini.
“Rumah sakit rujukan kita terbatas, peralatan dan fasilitas medik dan dokter juga demikian, Namun penanganan ini bisa teratasi jika warga membatasi mobilitas sosial, dan tak panik jika menghadapi gejala sakit, demam, flu, batuk dengan langsung ke rumah sakit. Bantu kami dengan berdiam di rumah,” ujarnya.
Ini belum lagi jika menyoal ketersediaan alat peredam virus bagi pasien positif seperti alat medik polymerase chain reaction (PCR) dengan metode pengambilan lendir di tenggorokan atau organ pernafasan (SWAB), atau ventilator (alat bantu pernafasan).
“Dibanding dua pekan lalu, beberapa hari terakhir, metode penanganan medik relatif lebih rapi. Logistisk APD berangsur mulai datang dari pusat,” ujar salah dr Onasis Ande Sp.Rad, kepada Tribun, Kamis (2/4).