Update Corona Sulsel
Satgas Gugus COVID-19 Sulsel: Ventilator Cukup Namun Terbatas
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Husni Thamrin mengatakan, setiap rumah sakit rujukan dan penyangga punya.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Sudirman
Bukan hanya di New York, di Makassar dan kota-kota besar lain, masa kritis penanganan pandemi global wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tanah Air.
Di pekan ketiga masa siaga ini, pasokan alat pengaman diri (APD), masker, alat penguji cepat (rapid test kit), dan obat-obatan medik bagi rumah sakit rujukan penanganan COVID-19, relatif mulai mengalir dari Jakarta ke 34 provinsi.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Erwin Aksa menyebutkan, fokus pengadaan ventilator diyakini sebagai langkah taktis yang mendesak.
“Untuk pencegahan kita okelah, namun untuk penanganan medik, masih banyak rumah sakit dan fasilitas medik di daerah yang mengeluhkan minimnya ventilator (alat bantu pernafasan) bagi pasien posotif. Andre Cuomo (Gubernur New York) malam ini di_CNN sudah umumkan fokus ke-Ventilator. Kita jangan kalah cepat,” katanya kepada Tribun, Kamis (2/4/202) petang.
Menurutnya, kalangan pengusaha siap membantu pemerintah, namun sejauh ini akses impor peralatan medik dasar pasien Covid-19 di ICU dan penunjang laboratorium Biosafety Level (BSL) II untuk COVIID amat terbatas.
Ruang-ruang ICU di rumah sakit rujukan dan RS daerah juga butuh tambahan ventilator.
“Kalau Gubernur Sulsel bisa buka akses informasi di Jepang atau China untuk dapat ventilator murah, insyallah pengusaha bisa membantu,” kata Erwin.
Menurut Erwin, selain China, Jepang adalah salah satu negara eksporter di Asia yang bisa menyediakan alat bantu pernafasan berstandar internasional ini.
Sekadar diketahui, Gubernur Sulsel Nurdin Abdulah, hampir satu dekade bermukim di Jepang.
Kewenangan dan akses informasi dan jaringan Gubernur Sulsel di Jepang, menurut Erwin adalah salah satu modal yang jarang dimilik kepala darah lain di Indonesia.
Kendala tertutupnya akses pembelian dan impor ini diakui, karena melonjaknya permintaan global. “Biasanya di kondisi seperti ini, kalau G to G (government to governenment), lebuh mudah dibanding kalau pola kami, B to B (business to business).”
Data mengkonfirmasikan, kurva pemulihan Corona di China Jepang, Taiwan dan Korea, mulai melandai dan cenderung positif.
Sementara di Eropa, jelas CEO Bosowa Corporation ini, produsen konvensional peralatan medik modern, juga langka menyusul peningkatkan permintaan lokal dan regional.
“Amerika, negara-negara Eropa yang bulan lalu masih pandemi dari China, dua pekan terakh9ir, justru boleh dibilang jadi negara epidemi. Kasus positif dan jumpah orang meninggalnya naik drastis,” ujarnya.
Dia menyebutkan, pekan lalu, kalangan pengusaha urunan membantu pemerintah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, untuk mengimpor Corona rapid test kit .