Corona dan Inferno Dante
Efek corona setidak-tidaknya melahirkan solidaritas global yang terejawantah menjadi ideologi baru “Neohumanisme” (kemanusiaan).
Corona Social Effect
“Efek” corona tentunya secara alamiah pasti mengakibatkan dentuman maupun quantumitas dalam menemukan ‘quasi’nya. Sehingga terjadi katarse (chaos) yang selanjutnya melahirkan quasi-isasi baru pada ranah; sosial, ekonomi, budaya, sains, politik, bahkan agama. Efek corona setidak-tidaknya melahirkan solidaritas global yang terejawantah menjadi ideologi baru “Neohumanisme” (kemanusiaan).
Diskursus bahwa virus mutasi laboratori adalah senjata efektif pemusnah massal yang lebih murah menggantikan senjata konvensional yang mahal, harus dibuang ditong sampah sebagai diskursus periveral (tidak berguna), meski itu bisa niscaya. Relativitas politik menunjukkan bahwa spirit kemanusiaan koalisi negara-negara sosialis-komunis yang agnostik bahkan atheis (China, Rusia, Cuba, Venezuela) membantu Italia, Iran, Serbia, termasuk Indonesia dan beberapa negara-negara lainnya yang terpapar pandemi corona.
Hal ini memaksa membuka mata kita bahwa perbedaan sistem negara, ideologi, bahkan agama, serta simbol-simbol identitas pembeda lainnya, merobohkan tembok ke-egois-an kita menjadi kohesi kemanusiaan. Semuanya relatif luruh dan bersemi dalam “Lockdown-kesadaran akal sehat”.
Menurut para ahli molekuler, jika pemanasan global tak teratasi, maka yang terjadi adalah melelehnya es padat diwilayah kutub utara dan selatan. Tidak hanya dampak meningginya air laut, tetapi juga akan melepaskan bakteri dan virus yang selama ini terperangkap jutaan tahun dalam es. Efek corona menyehatkan kembali selimut (atmosfir) bumi. Suhu dan udara bumi terasa lebih segar, akibat terhentinya industri-industri polutif di bumi.
Berlian paradoksnya: Covid-19 hadir sebagai ‘tongkat sihir Ibu Corona’ pembawa pesan kosmik dan pesan semesta terhadap manusia akan magna keseimbangan materi dalam ruang dan waktu! “Kehidupan adalah titian keseimbangan, maka hati-hatilah menapakinya”. (Confucius).