Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Virus Corona

PENJELASAN Ahli Soal Kapan Pandemi Virus Corona Covid-19 Berakhir, Benarkah Butuh Tahunan?

nilah Penjelasan Ahli Soal Berapa Lama Lagi Waktu Pandemi Virus Corona Covid-19 Berakhir, Benarkah Butuh Tahunan? Pandemi Virus Corona atau Covid-19

Editor: Rasni
Tribunnews.com
PENJELASAN Ahli Soal Waktu Pandemi Virus Corona Covid-19 Bakal Berakhir, Benarkah Butuh Tahunan? 

TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah Penjelasan Ahli Soal Berapa Lama Lagi Waktu Pandemi Virus Corona Covid-19 Berakhir, Benarkah Butuh Tahunan?

Pandemi Virus Corona atau Covid-19 kini memang membuat geger masyarakat dunia.

Dunia menjadi kocar kacir karena Virus yang menyebar begitu cepat mengancam nyawa masyarakat dunia.

Tidak heran jika sejumlah negara berbenah.

Mulai dengan menutup akses masuk dan keluar negara.

Seakan menjadi temat yang mati, lokasi yang biasa ramai kini sunyi.

Berbagai kebijakan karantina wilayah hingga penutupan sekolah dan pembatasan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang membuat sebuah daerah benar-benar seperti kota mati.

PENYEBAB Pria Lebih Mudah Tertular Virus Corona daripada Wanita, Terbukti di China

Wanita Ini Seharusnya Isolasi di Rumah Malah Belanja ke Pasar, Akibatnya 17 Rumah Tetangga Diisolasi

Selanjutnya muncuk pertanyaan, kapankah semua ini berakhir dan kapankah kita bisa kembali ke kehidupan normal?

Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan bahwa ia yakin Inggris akan menangani Virus Corona dalam 12 minggu ke depan dan negara tersebut dapat mengakhiri wabah ini segera.

Tapi kalau pun angka kasus mulai menurun dalam tiga bulan ke depan, kita masih jauh dari akhir masalah.

Butuh waktu lama hingga badai benar-benar berlalu - mungkin butuh tahunan.

Strategi karantina wilayah dan berbagai pembatasan sudah jelas tidak dapat diterapkan terus-menerus karena konsekuensi ekonomi dan sosialnya akan terlalu besar dan mengganggu.

Apa yang dibutuhkan semua negara yang kini tengah bertarung menghadapi wabah adalah "strategi keluar" - sebuah cara untuk menghentikan berbagai kebijakan pembatasan dan mengembalikan kehidupan normal.

Tapi Virus Corona tidak akan menghilang dalam waktu dekat.

Jika pembuat kebijakan membatalkan berbagai karantina wilayah, jumlah kasus bisa melonjak tajam.

"Kita punya masalah besar dengan apa strategi keluar yang baik dan bagaimana mengakhiri semua ini," kata Mark Woolhouse, profesor epidemiologi penyakit menular di University of Edinburgh.

"Tidak hanya Inggris, tidak ada satupun negara yang punya strategi keluar."

TRIBUN WIKI: Dari Penjual Minyak Goreng, Haris Kini Kadis Pendidikan Bantaeng

Mengenal Avigan, Obat Anti Virus Corona yang Didatangkan Pemerintah RI dari China

Pandemi ini merupakan tantangan ilmiah dan sosial yang sangat serius.

vaksinasi cukup orang yang mengembangkan kekebalan tubuh dari infeksi atau mengubah perilaku masyarakat secara tetap

Masing-masing pendekatan ini dapat mengurangi kemampuan virus untuk menyebar.

Vaksin - setidaknya 12 - 18 bulan lagi

Vaksin dapat memberikan ketahanan tubuh terhadap seseorang sehingga mereka tidak akan sakit jika terpapar.

Berikan vaksin ke banyak orang, atau setidaknya 60% dari populasi, dan virus tidak akan menimbulkan wabah - konsep yang dikenal sebagai herd immunity atau imunitas kelompok.

Orang pertama telah diberikan vaksin yang tengah diuji coba di Amerika Serikat minggu ini setelah peneliti mendapatkan izin untuk melewatkan tahapan uji pada binatang.

Penelitian untuk menemukan vaksin dilakukan secara cepat, tapi tidak ada garansi jika upaya ini berhasil dan akan dibutuhkan imunisasi secara global.

Perkiraan terbaik memprediksi vaksin akan tersedia dalam 12 sampai 18 bulan jika semua berjalan lancar. Ini merupakan waktu yang lama jika membayangkan harus ada karantina wilayah sepanjang waktu tersebut.

"Menunggu vaksin tidak seharusnya dianggap bagian dari strategi, itu bukan strategi," kata Prof Woolhouse kepada BBC.

Imunitas alami - setidaknya dua tahun lagi

Salah satu strategi jangka pendek Inggris adalah untuk menekan angka kasus untuk menghindari lonjakan pasien yang membebani rumah sakit - saat sebuah negara kekurangan kasur perawatan intensif, angka kematian akan melonjak.

Setelah kasus berhasil ditekan, sebuah negara akan punya sedikit keleluasaan untuk mengurangi pembatasan untuk sementara waktu - hingga ada kenaikan kasus dan pembatasan kembali dibutuhkan.

Kapan ini dapat terjadi, masih menjadi pertanyaan. Kepala penasihat sains, Sir Patrick Vallance, mengatakan "menentukan tenggat waktu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan."

Melakukan hal ini dapat, secara tidak sengaja, menciptakan imunitas kelompok karena semakin banyak orang terinfeksi.

Tapi pendekatan ini butuh waktu tahunan, menurut Prof Neil Ferguson dari Imperial College London: "Kita berbicara tentang menekan penularan pada level di mana, jika memungkinkan, hanya sedikit dari populasi yang terinfeksi."

"Jadi, pada akhirnya kita akan melanjutkan ini untuk dua tahun atau lebih mendatang, mungkin pada saat itu sudah cukup orang terinfeksi untuk menciptakan perlindungan kelompok."

Tapi ada pertanyaan seputar sampai kapan imunitas ini akan bekerja.

Varian Virus Corona lainnya, yang menimbulkan gejala demam biasa, menciptakan respons imun yang lemah dan manusia dapat terkena virus yang sama berkali-kali sepanjang hidupnya.

Alternatif - tidak ada akhir

"Opsi ketiga adalah perubahan secara permanen perilaku masyarakat yang membantu kita untuk menekan penularan," kata Prof Woolhouse.

Opsi ini menuntut pemerintah untuk tetap memberlakukan beberapa kebijakan yang sudah diterapkan. Atau meningkatkan tes cepat dan isolasi pasien untuk berusaha menekan wabah.

"Kita sudah melakukan deteksi dini dan pelacakan kontak tapi metode itu tidak efektif," Prof Woolhouse menambahkan.

Mengembangkan obat-obatan yang dapat menangkal infeksi Covid-19 dapat membantu strategi lain juga.

Obat-obatan ini dapat digunakan sesegera mungkin setelah seseorang menunjukkan gejala dalam proses yang disebut "pengendalian penularan".

Atau merawat pasien di rumah sakit untuk membuat penyakitnya tidak terlalu mematikan dan mengurangi tekanan terhadap ruang gawat darurat.

Ini dapat memungkinkan banyak negara untuk menangani kasus sebelum kembali memberlakukan karantina wilayah.

Meningkatkan jumlah ranjang di unit gawat darurat akan menimbulkan efek yang sama dengan peningkatan kapasitas penanganan wabah yang lebih besar.

Saya bertanya pada kepala penasihat medis Inggris, Prof Chris Whitty, apakah jalan keluar yang ia miliki.

Ia berkata: "Untuk jangka panjang, yang jelas vaksin adalah salah satu jalan keluar dari semua ini dan kita semua berharap ini akan terjadi secepatnya."

Dan jika "di tingkat global, sains dapat menawarkan solusi". (TribunWow)

Jokowi Pesan Obat Favipiravir Merek Avigan - Klorokuin untuk Obati Virus Corona, Ini Efek Sampingnya

Jokowi pesan jutaan obat Favipiravir merek Avigan dan Klorokuin untuk obati Virus Corona, tapi ini efek sampingnya.

Obat untuk pasien yang terjangkit Virus Corona ( Covid-19 ) sudah tersedia di Indonesia.

Pemerintah memesan 2 jenis obat yang berbeda, yakni Avigan dan Klorokuin demi kesembuhan pasien.

"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua dan tiga negara dan memberikan kesembuhan," kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/3/2020).

Untuk obat Avigan, pemerintah menyediakan 5 ribu butir.

Seiring dengan itu, pemerintah juga tengah memesan 2 juta butir obat tersebut.

Obat ini didatangkan dari Jepang.

Sementara, obat Klorokuin, sudah disiapkan sebanyak 3 juta butir.

Obat Klorokuin ini diketahui diproduksi di Indonesia.

Presiden Jokowi mengatakan, obat-obatan tersebut merupakan hasil dari riset sejumlah negara dan laboratorium berstandar internasional.

"Pemerintah juga telah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara untuk bisa mengobati Covid-19 ini sesuai resep dokter," kata Presiden Jokowi.

Obat tersebut akan sampai ke pasien melalui dokter keliling dari rumah ke rumah, serta melalui rumah sakit dan puskesmas di kawasan terinfeksi.

Namun, Presiden Jokowi menegaskan bahwa kedua obat ini bukanlah antivirus Corona.

Sampai sekarang antivirus penyakit tersebut diketahui belum ditemukan.

"Mengenai antivirus sampai sekarang belum ditemukan, dan ini yang saya sampaikan itu tadi obat," kata Presiden Jokowi.

Efek Samping

Obat generik Favipiravir dengan merek Avigan dinyatakan efektif mengobati pasien dengan penyakit Covid-19 alias Virus Corona.

Namun, obat ini rupanya memiliki serangkaian efek samping yang tidak semudah itu diaplikasikan kepada penderita Covid-19.

Obat flu Avigan asal Jepang ini harus digunakan dengan sangat hati-hati di bawah pengawasan ketat tim medis.

Karena, efek sampingnya cukup serius dan fatal.

Faktanya, obat flu Avigan tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil.

Obat ini akan memberi pengaruh pada janin sehingga bentuk janin mengalami kelainan.

Kementerian Makanan dan Obat-obatan Korea Selatan juga memutuskan untuk tidak mengimpor obat ini setelah pakar infeksi penyakit mengatakan kurangnya data klinis untuk buktikan efektivitas obat.

Hal ini dilaporkan dari Yonhap News Agency pada pekan ini.

Di Jepang sendiri, uji klinis obat Avigan ini juga tidak melibatkan wanita hamil.

Pakar mengatakan, masih banyak yang belum diketahui dari Covid-19.

Dokter mungkin akan menemukan bahwa Avigan mampu efektif mengobati pasien Virus Corona asalkan dibantu obat lain.

"Avigan diberikan sebagai tindakan darurat untuk pasien dalam kondisi kritis di beberapa rumah sakit," kata Dr Yohei Doi yang mengepalai uji klinis di Universitas Kesehatan Fujita.

"Kami butuh mengumpulkan informasi tentang berapa banyak pasien yang diberi Avigan. Efek apa yang terjadi selama dalam pengawasan dokter yang membuat keputusan darurat itu," kata Yohei Doi.

Sejauh ini, perusahaan FujiFilm Jepang membentuk lebih dari 100 tim untuk meningkatkan minat global dalam penggunaan obat antifllu Avigan sebagai uji coba klinis di China yang dinyatakan efektif mengobati Virus Corona.

Obat bernama generik Favipiravir ini hadir di saat pemerintah dan perusahaan farmasi Jepang berlomba menemukan pengobatan yang tepat untuk atasi pandemi.

Saham perusahaan FujiFilm ini pun naik 15 persen pada Rabu (18/03/2020) setelah pemerintah China melaporkan adanya angka kesembuhan yang meningkat pada pasien yang diberi Favipiravir di Wuhan dan Shenzhen.

Favipiravir ini merupakan bahan utama dari Avigan.

Juga merupakan salah satu elemen obat yang mampu menghentikan gen virus bereplika di dalam sel yang terinfeksi.

Presiden FujiFilm, Junji Okada mengatakan bahwa pihak mereka akan melakukan segalanya agar Avigan bisa berkontribusi pada penghentian wabah.

Meski harga saham FujiFilm melonjak, perusahaan tersebut masih belum jelas mendapat manfaat atau tidak dari perusahaan China yang mulai memproduksi obat Avigan secara massal.

Seorang juru bicara FujiFilm mengatakan perusahaan itu tidak terlibat dalam uji klinis China dan sedang mengevaluasi mereka. 

FujiFilm menandatangani perjanjian lisensi paten mengenai Favipiravir dengan China Zhejiang Hisun Pharmaceutical pada 2016.

Namun juru bicara itu mengatakan perjanjian itu dibatalkan tahun lalu, meskipun kedua pihak masih dalam "hubungan kerja sama."

Perusahaan China itu mengatakan telah menerima persetujuan resmi untuk memproduksi obat Avigan pada bulan Februari dan dapat meningkatkan produksi versi generik.

Paten Favipiravir FujiFilm berlaku di Jepang, tetapi paten zat di China berakhir tahun lalu, menurut juru bicara itu. Hal ini membuka jalan bagi Zhejiang Hisun untuk menghasilkan versi generik.

FujiFilm menyediakan Avigan ke rumah sakit Jepang untuk penelitian klinis dan juga bersiap untuk melakukan tes klinis sendiri di Jepang.

Penelitian di Jepang dimulai pada bulan Maret, dengan hasil yang tidak diharapkan selama beberapa bulan.

Kasus pasien positif Virus Corona di Indonesia sendiri per Jumat ini dilaporkan mencapai 369 orang.

Sehari sebelumnya, jumlah pasien Covid-19 berjumlah 308 orang.

Dari total jumlah pasien Covid-19, sebanyak 17 dinyatakan sembuh.

Sementara, 32 orang meninggal dunia.(TribunTimur)

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Virus Corona: Kapankah pandemi Covid-19 ini berakhir dan kehidupan kembali normal?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved