Asyik Selingkuh, Pulang-pulang Pria Beristri & Wanita Simpanan Positif Virus Corona,Begini Ceritanya
Asyik Selingkuh, Pulang-pulang Pria Beristri & Wanita Simpanan Positif Virus Corona,Begini Ceritanya
Penyempitan mobilitas tak ayal membuat masyarakat harus membeli kebutuhan pokok untuk persediaan.
Namun, yang terjadi malah panic buying alias membeli terlalu banyak karena ketakutan tak mendapatkan barang kebutuhan lagi.
Bukan hanya itu, panic buying ini juga dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk ditimbun kemudian dijual kembali dengan harga selangit.
Misalnya, hand sanitizer dan masker yang kini menjadi barang langka karena diburu banyak orang.
Padahal ada ancaman pidana bagi orang-orang yang kedapatan menimbun barang langka tersebut.
Salah satu kisah apes datang dari oknum penimbun hand sanitizer di Amerika Serikat.
Dua kakak beradik bernama Matt Colvin dan Noah Colvin ini menjadi viral setelah ketahuan menimbun 17.700 botol hand sanitizer demi memperoleh keuntungan yang besar.
• Yang Terlanjur Gunakan Ibuprofen Obat Cegah Virus Corona, Bahaya atau Tidak? Simak Penjelasanya
• Update Daftar Harga Hp Samsung Maret 2020, Galaxy A20, Galaxy A51, Samsung Galaxy A70, Spesifikasi
Diceritakan dalam artikel Ney York Times dengan judul 'He has 17.700 Bottles of Hand Sanitizer an Nowhere to Sell Them', Matt dan Noah kebingungan kemana harus menjual puluhan ribu botol hand sanitizer tersebut.
Mulanya, Matt Colvin bercerita jika sang kakak berkendara mengelilingi Tennessee dan Kentucky untuk membeli hand sanitizer dan tisu antibakteri di berbagai toko.
Sementara, Matt berada di rumahnya untuk mengunggah produk timbunanannya di e-commerce kenamaan, Amazon.
Tak cukup menimbun, Matt dan Noah memasang harga selangit, yakni sekitar 8 hingga 70 dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp120 ribu hingga Rp1 juta.
Jelas harga tersebut tidak wajar jika dibandingkan dengan harga eceran tertinggi yang disarankan.
Normalnya, sebotol hand sanitizer dengan ukuran 50 ml hanya berkisah Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.
Keculasan Matt dan Noah ini akhirnya terendus juga oleh Amazon.
Belum ludes barang dagangannya, e-commerce ini berhasil melacak adanya modus memanfaatkan wabah Corona untuk penggelembungan harga produk.