Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dokter, Camat, Kepala Desa dan Pemuka Masyarakat Diperiksa Polisi Diduga Sebar Isu Hoax Soal Corona

Dokter, Camat, Kepala Desa dan Pemuka Masyarakat Diperiksa Polisi Diduga Sebar Isu Hoax Soal Corona

Editor: Ilham Arsyam
surya.co.id/doni prasetyo
Kasat Reskrim Polres Magetan AKP RW Raja Pratama mintai keterangan anak sulung almarhum yang meninggal di Solo, akibat terinfeksi virus corona (Covid 19) dimakamkan di Magetan, terkait berita HOAX Virus Corona yang beredar dan meresahkan warga masyarakat Magetan. 

- Dokter, Camat, kepala desa dan Pemuka Masyarakat Diperiksa Polisi Diduga Sebar Isu Hoax Soal Corona

TRIBUN-TIMUR.COM - Polres Magetan memeriksa 10 orang terkait beredarnya berita corona hoax yang meresahkan warga Kabupaten Magetan sekitar.

Dari 10 orang terperiksa itu ada yang berprofesi dokter, camat, Kepala Desa (Kades) dan pemuka masyarakat.

Bila terbukti, ke-10 terperiksa ini akan dikenakan Undang - undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan ancaman pidana penjara selama lamanya enam tahun.

"Ke-10 orang itu masih kami periksa keterlibatannya dengan beredarnya berita corona hoax yang meresahkan warga Kabupaten Magetan,"kata Kasat Reskrim Polres Magetan AKP RW Raja Pratama kepada Surya, Senin (16/3).

Raja Pratama membenarkan, dari ke-10 terperiksa itu ada dokter, Camat, Kades, PNS, tokoh pemuda dan masyarakat.

Seluruh terperiksa itu masih dipilah siapa penyebar dan pembuat berita "Hoax" yang menyebut istri almarhum yang meninggal akibat Covid 19 di Solo, dimakamkan di Magetan itu meninggal di RSUP dr Soedono.

"Padahal kenyataannya, istri almarhum yang dirawat di RSUP Madiun informasinya kini kondisinya semakin membaik, bahkan kini sudah tidak panas dan infusnya juga sudah dilepas," jelas Raja Pratama.

Berita hoax tentang korban virus corona itu pertama kali muncul, konon di grup whatsapp (WA) tenaga medis di Magetan, kemudian menyebar ke grup facebook dan akhirnya meluas.

"Menurut pengakuan terperiksa, umumnya mereka menerima berita hoax itu tanpa melakukan cek dan ricek ke sumber keluarga almarhum atau Dinas Kesehatan. Mereka langsung menyebar berita itu ke grup lainnya. Akibat berita itu masyarakat di Kabupaten Magetan jadi resah," ujar AKP Raja Pratama.

Dikatakan Raja Pratama, bila nanti ke-10 terperiksa itu terbukti secara sengaja menyebarkan berita hoax itu, akan dijerat dengan UU ITE dengan ancaman pidana penjara selama lamanya enam tahun.

"Sampai proses hukum ini, ke-10 terperiksa itu masih bebas, tidak ada seorangpun yang dikenakan penahanan. Kami masih terus melakukan penyelidikan (LIT) dan belum ada yang kami kenakan status tersangka (TSK),"kata Kasat Raja Pratama.

Berita hoax yang beredar di medsos itu menyebutkan:

waspada semua, ini keluarganya sekarang.....menyebut desa almarhum, juga sakit.

Ini keluarganya berobat ke Pak Wisnu (salah satu dokter Magetan) dan sekarang diambil Polisi dengan anaknya, di bawa ke Madiun.

Yang melayat semua dicurigai terpapar corona. Desa itu penularan hebat minta perlindungan Allah.

Kasihan warga setempat terpapar, termasuk yang takziah. Jangan jabat tangan, jangan cium pipi dulu.

Sementara jangan pegang pegang tangan. Berita itu masih dilanjut, dengan nama seorang dokter perempuan di Parang, "Kabar terbaru, sopire korban saiki wis gejala."

5 HOAKS Pencegahan Virus Corona

Di tengah santernya pemberitaan terkait penyebaran virus corona, turut beredar pula pesan-pesan yang kurang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bisa jadi sejumlah pesan terkait penyembuhan atau pencegahan virus corona seperti meminum rebusan bawang putih hingga minum air hangat termasuk berita hoaks.

Pasalnya, belum ada bukti konkret bahwa sejumlah cara pencegahan yang banyak beredar tersebut dapat mencegah maupun mengobati virus corona.

Lalu apa saja pesan-pesan pencegahan maupun penyembuhan virus corona yang dikonfirmasi hoaks oleh instansi kesehatan?

Berikut telah SURYA.co.id rangkum, berita-berita hoaks tentang pencegahan atau penyembuhan virus corona yang beredar dilansir dari sejumlah artikel Kompas.com.

1. Minum Rebusan Air Bawang Putih

Sempat beredar unggahan yang menginformasikan jika rebusan air bawang putih dapat menyembuhkan virus corona.

Unggahan tersebut beredar di media sosial Facebook pada Senin (27/1/2020), namun masih banyak dibagikan hingga kini.

Beredar pesan yang berisi anjuran untuk mengonsumsi air rebusan bawang putih untuk menyembuhkan virus corona dalam tubuh.
Beredar pesan yang berisi anjuran untuk mengonsumsi air rebusan bawang putih untuk menyembuhkan virus corona dalam tubuh. (Facebook: Gusman)

Adapun pihak pengunggah menyarankan agar air rebusan itu diminum langsung sebanyak dua gelas.

Tak hanya itu, unggahan juga dilengkapi dengan video yang menampilkan seorang perempuan memegang satu genggam bawang putih dan menjelaskan suatu hal dalam bahasa Mandarin.

Hingga kini, video tersebut telah dibagikan sebanyak 79 kali dan sudah disukai sebanyak 44 kali oleh pengguna Facebook lainnya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto menegaskan, mengatakan informasi tersebut tidak benar (hoaks).

"Tidak benar itu, sampai saat ini secara ilmiah belum ditemukan obatnya," ujar Achmad saat dihubungi Rabu (29/1/2020).

Ia juga mengungkapkan, air rebusan berisi bawang putih tersebut tidak menimbulkan efek apa pun bagi tubuh.

2. Minum Air Hangat Bunuh Virus Corona

Tidak hanya itu, hoaks lainnya yakni infomasi yang mengatasnamakan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tentang meminum air hangat.

Dalam pesan yang beredar disampaikan jika meminum air hangat dengan suhu tertentu dapat menyembuhkan virus corona.

Pesan berisi informasi mengenai imbauan yang diduga disampaikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tentang pencegahan virus corona dengan meminum air hangat.
Pesan berisi informasi mengenai imbauan yang diduga disampaikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tentang pencegahan virus corona dengan meminum air hangat. (WhatsApp)

Pesan tersebut juga diunggah melalui media sosial Facebook atan nama Aiko Syifa yang kini telah dihapus.

Ditanyai terpisah, Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kementerian Kesehatan Busroni menegaskan informasi tersebut tidak dikeluarkan oleh Kemenkes.

Selain itu informasi yang menyebutkan minum air hangat terkait pencegahan virus corona juga tidaklah benar. "Itu tidak dikeluarkan oleh Kemenkes, itu termasuk hoaks," ujar Busroni saat dikonfirmasi.

Menurutnya, upaya pencegahan dari virus corona dengan diminimalisir dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Makan dengan gizi yang seimbang, rajin olahraga dan istirahat cukup, cuci tangan pakai sabun, jaga kebersihan lingkungan, tidak merokok, minum air mineral 8 gelas per hari," katanya lagi.

3. Minum Minuman Beralkohol Cegah Virus Corona

Tak kalah heboh, sebuah informasi juga beredar jika virus corona dapat dicegah dengan meminum minuman beralkohol.

Pesan tersebut beredar melalui sebuah foto yang menampilkan pemberitahuan dari rumah sakit Saint Luke's Hospital.

Surat palsu diduga dari Saint Lukes Hospital di Kansas, Missouri, Amerika Serikat soal minuman beralkohol dapat cegah virus corona.
Surat palsu diduga dari Saint Lukes Hospital di Kansas, Missouri, Amerika Serikat soal minuman beralkohol dapat cegah virus corona. (Facebook: Sudung Haryadi Sihite Panderaja)

Pesan berbahasa Inggris tersebut menginformasikan jika masyrakat dapat meminum minuman beralkohol agar terhindar dari virus corona.

Hal ini lantas dibantah oleh Juru Bicara tentang virus corona dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Yurianto

Bahkan pihaknya mengatakan jika informasi tersebut ngawur.

"Sudah jelas (bahwa) kabar tersebut enggak jelas, ngawur itu," ujar Achmad saat dihubungi Kamis (12/3/2020).

Tak hanya itu, tim fact checker dari kantor berita Perancis, Agence France-Presse (AFP) menjelaskan bahwa surat tersebut adalah palsu.

"Informasi yang beredar, jelas merupakan surat palsu. Vodka tidak berdampak pada virus corona," ujar juru bicara rumah sakit Saint Luke's Hospital, Lindsey Stitch kepada AFP.

4. Chat WA Berantai Atas Nama UNICEF

Adapun pesan terbaru yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya juga marak beredar dengan mengatasnamakan UNICEF.

Pesan tersebut berbunyi langkah-langkah pencegahan penularan virus corona, mulai dari menjemur baju di terik matahari dapat membunuh virus corona hingga himbauan tidak mengonsumsi es krim.

Hoaks mengenai informasi seputar virus corona yang mengatasnamakan UNICEF
Hoaks mengenai informasi seputar virus corona yang mengatasnamakan UNICEF (WhatsApp)

Hal tersebut dibantah oleh Communication For Development Specialist UNICEF Indonesia Rizky Ika Syafitri.

Pihaknya dengan tegas mengatakan jika informasi yang beredar di pesan elektronik WhatsApp tersebut hoaks.

"Hoaks. Cek informasi di website resmi UNICEF, WHO, dan Kementerian Kesehatan," kata Rizky saat dihubungi Kamis (12/3/2020) siang.

"Pesan ini membuat klaim bahwa menghindari es krim dan makanan dingin lainnya, serta serangkaian tindakan lain, dapat membantu mencegah timbulnya penyakit. Hal ini sama sekali tidak benar," ujar Rizky.

5. Tes Virus Corona 10 Detik

Adpun informasi lainnya yang beredar yakni tentang tes sederhana deteksi virus corona hanya dalam sepuluh detik.

Disebutkan dalam pesan tersebut bahwa deteksi bisa dilakukan sendiri tanpa perlu ke dokter atau laboratorium.

Dengan meniru seorang dokter Jepang yang tak disebutkan namanya, tes dilakukan dengan mengambil napas dan menahannya selama 10 detik kemudian menghembuskannya.

Tangkapan layar pesan WhatsApp berisi deteksi diri virus corona hanya dalam sepuluh detik
Tangkapan layar pesan WhatsApp berisi deteksi diri virus corona hanya dalam sepuluh detik (Screenshot WhatsApp)

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan, informasi tersebut tidak benar dan tidak berdasar. "Iya (tidak benar), tidak ada dasar," kata Faqih kepada Kompas.com, Senin (2/3/2020).

Menurut Faqih, tes deteksi virus corona yang ada di Indonesia dan sudah diakreditasi oleh WHO adalah tes PCR Litbangkes.

"Yang ada di Indonesia dan sudah diakreditasi WHO adalah Litbangkes tes PCR," jelasnya.

Seperti diketahui, tes PCR telah dilakukan Litbangkes sejak 1 Februari 2020 lalu. Hasil dari tes tersebut dapat diketahui dalam waktu kurang dari 12 jam sejak sampel diterima.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Polisi Periksa 10 Orang termasuk Dokter, Camat, PNS, dan Kades terkait Berita Hoax Corona di Magetan, https://surabaya.tribunnews.com/2020/03/16/polisi-periksa-10-orang-termasuk-dokter-camat-pns-dan-kades-terkait-berita-hoax-corona-di-magetan?page=all.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved