Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Corona Menggerus Sisi Kemanusiaan Kita

Di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Kota Makassar, cukup sulit untuk menemukan masker dan hand sanitizer harga normal.

Editor: syakin
tribun timur
Usluddin, Mahasiswa Magister Sosiologi Unhas/Awardee Beasiswa Kalla Group 

Oleh: Usluddin
Mahasiswa Magister Sosiologi Unhas/Awardee Beasiswa Kalla Group

Potret kelam dunia tengah menyelimuti kehidupan manusia saat ini seiring pengaruh wabah virus corona (Covid n-19) yang belum juga tertanggulangi dengan baik. Alih-alih berharap lebih baik, justru terkesan lebih buruk dan semakin mengkhawatirkan. Apalagi setelah pemerintah Indonesia mengumumkan adanya 2 warga Depok (Jabar) yang terpapar virus dari Tiongkok ini.

Media memberitakan bahwa awal mula kedua orang ini yang diketahui merupakan hubungan ibu dan anak, sebelumnya pernah melakukan hubungan kontak langsung dengan dengan seorang warga Jepang pada pertengahan Februari lalu.

Namun ketika di Malaysia, si Jepang tadi telah divonis terjangkit virus corona dan riwayat perjalanan sebelumnya dari Indonesia. Peristiwa ini juga menunjukkan betapa sistem pengawasan kita di bandara masih sangat lemah, sehingga si Jepang tadi bebas melenggang keluar dari teritori kita tanpa terdeteksi sedikit pun.

Kepanikan semakin menjadi-jadi ketika pengumuman oleh pemerintah ini menjadi bulan-bulanan media untuk menyampaikan, seolah virus ini sungguh sangat sangat berbahaya. Padahal menurut para ahli, corona virus ini tidak lebih berbahaya dibanding virus sebelumnya semisal MERS, flu burung atau flu babi dkk.

Meskipun harus diakui bahwa penularan corona virus lebih cepat dibanding virus lain yang pernah ada. Dengan pemberitaan ini, ada 2 bentuk pemaknaan yang diterima oleh masyarakat yaitu mereka yang menganggap bahwa ini peringatan agar lebih meningkatkan mitigasi kewaspadaan dan membiasakan pola hidup bersih dan sehat.

Ada pula kelompok kedua, mereka yang mencoba melihat situasi kepanikan ini sebagai peluang untuk menumpuk harta dan berburu materi sebanyak mungkin.

Sifat rasional manusia menjadi tidak terkontrol seiring meningkatnya situasi panik. Kepanikan ini dipicu oleh kekhawatiran berlebih bahwa virus corona ini sangat berbahaya, jika tidak tertangani dengan baik maka kematian dapat segera menjemput sang penderita.

Jika masih hidup, maka siap-siap saja menjadi makluk terasingkan dan berbagai sikap diskriminasi lainnya. Sehingga wajar saja, manusia akan menggunakan semua potensi yang dimiliki agar kehidupan tetap dapat berjalan normal seperti biasa.

Objek sasaran kepanikan berikutnya adalah aksi pembelian masker dan hand sanitizer (cairan pencuci tangan). Di sinilah panggung kelompok kedua tadi untuk mencari keuntungan. Mereka melakukan pembelian barang dalam jumlah banyak, termasuk stok aman yang ada di penjual lain.

Ketika stok kosong karena adanya penimbunan yang mereka lakukan, kepanikan dan ketakutan semakin meningkat. Barulah mereka membuka pasar baru, tentu dengan harga yang super tinggi. Ketika manusia lain sibuk melakukan upaya peningkatan proteksi dan kewaspadaan diri, mereka juga sibuk untuk meraup untung tinggi.

Terciptalah, manusia-manusia serakah yang menggerus sisi kemanusiannya sendiri. Di kota-kota besar saat ini (termasuk Kota Makassar), cukup sulit untuk menemukan masker dan hand sanitizer harga normal.

Kejadian ini juga sudah menjadi perhatian banyak pihak, misalnya intervensi yang coba dilakukan oleh pemerintah untuk menormalkan dan menjamin persediaan untuk masker. Namun hanya berselang sehari pasca sidak oleh Menteri BUMN disalah satu lokasi di Jakarta, harganya naik lagi (tvone, 5/3/2020).

Bahkan, jajaran Polrestaber Makassar berhasil menggagalkan aksi 2 orang mahasiswa yang melakukan penimbunan masker. (Kompas, 5/3/2020). Kedua orang ini lebih aneh lagi, ingin mengirim masker-masker itu ke Selandia baru. Alasannya sama,berburu untung tinggi ditengah situasi mencekam.

Akhirnya, apa yang ditakutkan oleh masyarakat tentang bahaya virus corona belum terjadi tapi manusia kelompok kedua tadi telah menunjukkan indikasi lebih membahayakan. Jika virus corona dapat menyebar melalui partikel yang sangat kecil pada benda-benda yang kita pegang, tidak demikian dengan manusia tipe kedua tadi. Dengan sangat jelas dan nyata, mereka rela memakan saudaranya sendiri demi memenuhi hasrat dan dahaga rakus yang senantiasa menggejolak dalam dirinya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved