Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Apa Itu Obligasi? Ini Penjelasan Kepala Kantor Perwakilan BEI Makassar

Obligasi ini berbeda dengan saham yang merupakan bukti kepemilikan sebuah perusahaan.

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Sudirman
Ist
kepemilikan obligasi antara pemerintah dan korporasi 

SUN memiliki risiko yang rendah (kerap disebut zero risk), dikarenakan SUN diterbitkan oleh negara, sehingga kemungkinan negara mengalami gagal bayar atau kebangkrutan relatif kecil.

Adapun risiko terbesar dari obligasi korporasi adalah, terjadinya gagal bayar yang umumnya disebabkan oleh kondisi keuangan perusahaan yang mengalami financial distress.

Untuk mengetahui tingkat risiko obligasi, investor dapat mempertimbangkan dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat.

Rating tertinggi adalah AAA (triple A), berikutnya AA+, AA, AA-, A+, A, A-, BBB+ dan seterusnya.

Obligasi yang mengalami default akan memiliki rating D, yang mencerminkan bahwa obligasi tersebut default atau gagal bayar.

Peringkat obligasi diberikan pada saat penerbitan obligasi, dan dievaluasi setiap waktu oleh Lembaga Pemeringkat.

Selanjutnya, pemegang obligasi disebut sebagai pemberi pinjaman (investor).

Setiap pemegang obligasi akan mendapatkan kupon obligasi yang merupakan bunga pinjaman yang harus dibayar oleh penerbit kepada investor secara berkala, baik secara bulanan, triwulanan, maupun semesteran.

Oleh karena itu, obligasi disebut sebagai instrumen investasi pendapatan tetap.

Pada akhir periode jatuh tempo, pemegang obligasi juga akan menerima pelunasan senilai pokok obligasi tersebut dari penerbit.

Selama belum jatuh tempo, obligasi dapat diperdagangkan di Bursa Efek sama seperti efek lain, seperti saham, sukuk, efek beragun aset, reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif maupun dana investasi real estate.

Harga awal obligasi yang diterbitkan pada nilai nominal disebut at par value atau 100% (sama dengan nilai utang atau nilai nominal obligasi).

Ketika diperdagangkan di pasar sekunder, harga obligasi tersebut dapat mengalami kenaikan (contoh: 101%, 105,5%) maupun penurunan (contoh: 99%, 80%, bahkan mungkin lebih kecil lagi).

Kenaikan dan penurunan harga obligasi dapat dipengaruhi oleh supply dan demand dari masing-masing obligasi.

Semakin banyak peminat suatu obligasi yang diperjualbelikan, akan mempengaruhi kenaikan harga obligasi tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved