Soal ‘Data Mafia Sawah’; Eks Mentan; Biar Saya Urus-Urus Sawah di Kampung
Saya bukan lagi menteri. Biar saya urus sawah dan kebun kampung di Bone. Saya doakan Pak Presiden dan Wapres sehat-sehat
Penulis: Ansar | Editor: Thamzil Thahir
Sofyan Djalil menyebut faktor yang berkurangnya lahan baku sawah ketika diverifikasi ulang.
"Macam-macam sebabnya, data dari 2018 itu citra satelite itu musim hujan kelihatannya air. Kalau musim kering ditanami, setelah melihat ke lapangan komplain-komplain itu kita akomodasi sehingga bertambah 300 ribu Ha," ungkap Sofyan.
Luas lahan baku yang bertambah ini sebagian besar terletak di Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, dan Bangka Belitung.

• Bendungan Baliase di Luwu Utara Dapat Mengairi 21 Ribu Hektare Sawah, Bisa Hasilkan 5 Ton/Hektar
"Karena lahan sawah yang belum terverifikasi sebelumnya jauh lebih besar dari sawah yang mengalami alih fungsi," ungkapnya.
Namun, terdapat daerah yang luas lahan baku sawahnya justru menurun yang diantaranya, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Jambi, dan Riau.
"Penurunan itu karena terjadi alih fungsi, jadi kawasan industri, perumahan, infrastruktur, sehingga terjadi penurunan," pungkasnya.
Sebelumnya, di awal masa jabatannya, Oktober 2019 lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berjanji fokus menyelesaikan masalah data pertanian dalam 100 hari pertama.
Menurut dia, data pertanian yang jelas diperlukan untuk mengetahui kondisi sektor tersebut pada setiap daerah. "Data ini menjadi milik Kementerian Pertanian yanbhg harus disepakati oleh semuanya. Tidak boleh kementerian lain punya data pertanian," pungkasnyah