Warga Miskin Maros
Setahun Berharap Bantuan Bedah Rumah dari Pemerintah, Sannari Dapat Sembako dari Polres Maros
Dia terpaksa tinggal di rumah reot peninggalan orangtuanya di Lingkungan Suli-suli , Kelurahan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Maros, lantaran tidak ada pil
Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Ansar
Sannari, Wanita Bontoa Maros Puluhan Tahun Tinggal Sendiri di Rumah Reot
Sungguh malang nasib Sannari (45). Perempuan yang belum pernah menikah tersebut, sudah puluhan tahun tinggal sendiri di rumah reot tidak layak huni.
Dia terpaksa tinggal di rumah reot peninggalan orangtuanya di Lingkungan Suli-suli , Kelurahan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Maros, lantaran tidak ada pilihan lain.
Sannari sebenarnya ingin memperbaiki rumah tersebut. Namun penghasilannya sebagai buruh tani dan tukang cuci, tidak cukup untuk digunakan.
Setiap musim panen, Sannari ke sawah untuk memungut padi yang masih tersisa. Padi tersebut dikumpulnya. Setelah terkumpul, benih dipisah dari batang dengan mengunakan kayu.
Untuk memisahkan padi dari batangnya, Sunarti memukulnya dengan keras. Setelah terpisah, padi tersebut dijemur untuk dipabrik jadi beras.
Puluhan tahun terakhir, Sannari mengandalkan hasil pungut sisa padi dan balas kasihan dari warga setempat. Jika persediaan beras habis, Sunnari kadang tidak makan.
Sannari tidak memiliki pengasilan tetap. Jika ada orderan mencuci, upahnya hanya kisaran Rp 15 ribu. Upah tersebut digunakan membeli garam. Hampir setiap kali makan, garam tersebut dijadikan lauk.
Meski mengalami hidup yang miris, namun Sannari tidak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah. Sunarti bertahan hidup dari bantuan keluarga dan tetangga.
Dengan air mata bercucuran, Sannari menyampaikan kisah hidupnya. Selama orangtuanya meninggal, ia terpaksa bertahan hidup sendirian dan serba kekuargan.
Jika hujan deras, rumahnya dimasuki air. Atap dan dinding yang bocor membuat air mudah masuk dan pembasahi rumah panggung tersebut.
Saat hujan, Sannari mencari bagian rumah yang belum basah. Di situlah Sannari tidur meski kedinginan dan gelap. Setiap malam, Sannari hanya menggunakan pelita untuk penerangan.
"Hidup saya memprihatinkan. Orangtua sudah mrninggal. Saya tinggal sendirian di rumah seperti. Saya tetap harus bertahan hidup dan mengharap bantuan," katanya.
Saat hujan deras disertai angin kencang, Sannari bangun dan salat sunnah. Ia berdoa supaya rumahnya tidak hancur diterjang angin kencang. Doanya pun terkabul.
Meksi hujan deras dan angin kencang, rumah tersebut tetap berdiri. Ia khawatir, jika rumahnya rusak atau roboh, maka tidak lagi tempat tinggal.
Sannari berharap supaya pemerintah maupun dermawan dapat memberikan bantuan untuk mengurangi beban hidupnya.
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
(*)