Virus Corona
Berbahaya dan Menular Antar-Manusia, Apa Itu Virus Corona? Merebak di China dan Belum Ada Obat
Virus Corona berasal dari Wuhan, China dan pertama kali menyebar ke wilayah Jepang.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Maka dari itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membagikan cara mencegah penularan dan meminimalkan resiko tertular Virus Corona.
Apa Itu Virus Corona?

Dilansir dari Wartakota, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh corona virus yang disebut Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-Cov). Kasus seperti ini pertama kali dilaporkan pada 2012 di Arab Saudi.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Murti Utami, menjelaskan virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga kelompok studi coronavirus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel coronavirus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov.
Virus ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan coronavirus yang terdapat pada kelelawar.
"Pada kurun waktu tiga bulan, sejak April s.d Juni 2013, jumlah infeksi MERS-Cov di dunia tercatat sebanyak 64 kasus (Saudi Arabia 49 kasus, Italia 3 kasus, United Kingdom 3 kasus, Perancis 2 kasus, Jordania 2 kasus, Qatar 2 kasus, Tunisia 2 kasus, dan Uni Emirat Arab 1 kasus) dengan 38 kematian," katanya, Rabu (3/7/2013).
Murti Utami menambahkan, sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan napas pendek.
Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang.
Murti Utami mengatakan sampai dengan saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita.
Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati. Selain itu, cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigasi.
"Hingga saat ini belum ada vaksin yang spesifik dapat mencegah infeksi MERS-Cov. Selain itu, belum ditemukan juga metode pengobatan yang secara spesifik dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh MERS-Cov. Perawatan medis hanya bersifat supportive untuk meringankan gejala. Tes laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-Cov tersedia di Kementerian Kesehatan dan beberapa laboratorium internasional, namun tes tersebut bukan tes rutin," katanya.
Kemenkes juga memberikan iimbauan kepada masyarakat yang hendak berpergian ke negara-negara Arab.
Masyarakat tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara-negara Arabia Peninsula dan sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang kesehatan kepada negara-negara yang terkait dengan MERS-Cov.
Namun, hal yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan bepergian ke negara-negara tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk, atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, segera periksakan ke dokter.