Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Media Daring dan Pemanjaan Nalar Kritis

MASIH zamankah belajar? Demikian untaian pertanyaan dilontarkan salah seorang mahasiswa yang menuruni tangga fakultas kepada seorang temannya

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Media Daring dan Pemanjaan Nalar Kritis
DOK
M Salam Mustari, Mahasiswa UIN Alauddin Makassar/ Ketua PD IPM Gowa 2016-2018

Gadget sebagai alat media daring misalnya, anak-anak bangun dan tidur bersama gadgetnya, masa bersama gadgetnya melebihi dari waktu yang seharusnya bersama dengan orang tuanya.

Para orang tua kalah dengan gadget dalam mendidik anaknya. Karena gadget setiap saat ada untuk sang anak, maka hiduplah para generasi kita yang terdidik dengan gadget.

Berbagai hal didapatkannya dari gadget mulai dari hal-hal yang positif sampai yang negatif, dari menonton adegan-adegan yang bermoral sampai yang asusila.

Di sinilah peran orang tua dalam mendidik buah hatinya agar tidak kalah dengan gadget. Orang tua harus meluangkan waktunya yang lebih untuk bersama dengan anak-anaknya, melebihi waktunya anak-anak bersama gadget agar sang anak senantiasa terarah dan terdidik.

Selain pendidikan di rumah, pendidikan di bangku sekolah juga harus lebih mampu membawa pangaruh bagi peserta didik daripada gadget. Jika tidak demikian maka dunia pendidikan akan terdiskreditkan oleh gadget.

Karena tidak jarang ditemui seorang siswa atau bahkan mahasiswa asik bersama gadgetnya dengan permainan game-nya yang semakin seru, mengalahkan keseruan sang guru atau dosen menerangkan pelajaran.

Secara praktek dunia pendidikan di bangku-bangku sekolah memiliki peluang yang besar untuk membentuk generasi yang berkualitas.

Jika belajar dengan media daring yang terjadi hanyalah transfer ilmu, maka di bangku sekolah selain transfer ilmu juga transfer moral, akhlak dan kesadaran ilmiah untuk membentuk kemandirian peserta didik, serta peluang untuk mendalami suatu kajian lebih terbuka.

Oleh karenanya selain penggunaan media daring yang harus lebih diarahkan, maka tentu ruang-ruang kelas harus pula lebih hidup, terarah dan membangun kesadaran dengan nuansa interaktif dan dialogis.

Membentuk kesadaran bagi peserta didik sangat penting untuk menanamkan nurani intelektual, yang paling tidak bersikap; untuk percaya kalau hanya ada bukti-bukti yang akurat, dan kesediaan mengakui bahwa bukti-bukti itu pun masih bisa salah.

Sehingga memiliki semangat untuk mencari yang sebenarnya. Pertanyaan pada awal tulisan ini bukan sesuatu yang sekedar bersifat candaan, tapi sesuatu yang sangat mungkin untuk terjadi.

Jika informasi atau pengetahuan tidak berusaha untuk dikuasai dan dikembangkan dan hanya dibiarkan tetap pada media daring, dengan landasan pemikiran bahwa ‘semua sangat mudah diakses di ‘internet’ dalam sekejab apabila dibutuhkan’. Maka kondisi demikian dapat dikatakan adalah penyebab terjadinya degradasi intelektual maupun moralitas. Wallāhu’alam.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved