Pappaseng To Riolo Hingga Ki Hajar
Tangngai gaukmu naiya muala anre guru. Apa iya adae sionrommui jakna sibawa decenna, makua mutaro nawa nawai.
Oleh: Muhammad Musmulyadi
Ketua Forum Lingkar Pena Ranting UIN Alauddin Makassar
Pendidikan merupakan hal penting bagi setiap individu. Pendidikan juga amat penting bagi orang-orang di sekitar kita, masyarakat. Dengan pendidikan segala hal bisa kita raih. Di tangan masyarakat menengah ke bawah, pendidikan sebagai upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan. Sebab kemiskinan bisa diwariskan.
Pendidikan di tengah masyarakat sebagai upaya untuk mebentuk kemandirian masyarakat itu sendiri. Pendidikan dalam sebuah negara sebagai modal besar sumber daya manusia untuk kemajauan bangsa.
Dalam agama, pendidikan meupakan cahaya dalam menapaki segala keabu-abuan dunia. Ketika pendidikan dimasukkan ke dalam kelompok kecil keluarga, maka pendidikan tidak lain bertujuan untuk melahirkan generasi baru yang memiliki wawasan, akhlak, moral, dan segala hal baik yang kita cita-citakan.
Menurut Kepala Puslitbang Pendidikan Agama Kemenag, Amsal Bakhtiar, mengatakan bahwa agama dan pendidikan merupakan lembaga tertua dalam sejarah manusia. Sebab, sejak manusia hidup di permukaan bumi, agama atau kepercayaan terhadap yang gaib sudah tertanam dalam diri manusia.
Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas, diperlukan adanya usaha yang konsisten dan kontinyu dari orang-orang tua di dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anak mereka secara lahir maupun batin sampai seorang anak tersebut dewasa. Lalu mampu berdiri sendiri sebagai manusia yang bertanggung jawab terutama dalam pendidikan Islam dalam pola asuh anak (parenting). (Mahmud, 2013).
Dalam Islam. populer dengan konsep pendidikannya Luqman (QS. Luqman/31: 12-19) yang berisi nasihat-nasihat kepada anaknya tenatang ketauhidan, berbuat baik kepada orang tua, beribadah, mengajak kebaikan, mencegah keburukan dan mehindari kesombongan. Tentu masih banyak lagi ayat dan hadis yang membahasan tema serupa.
Dalam kajian tertentu dikenal sebagai konsep islamic parenting atau pola pengasuhan anak yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Tak perlu dulu terlalu jauh, dalam masyarakat Bugis-Makassar kita mengenal konsep pappaseng to riolo yang bermuatan nasihat leluhur/orang tua mengenai kehidupan berdasar nilai-nilai budaya lokal. Juga tentang bagaimana harus bertindak dan beretika dalam masyarakat, umumnya mengenai akhlak: tata krama, sikap, menjaga hubungan sesama manusia.
Pepatah Arab mengatakan bahwa “al ummu madarsatul ula”. Ibu adalah sekolah utama/pertama. Pendidikan dimulai di dalam rumah, di dalam kandungan dan bahkan dikatakan, didiklah anakmu 25 tahun sebelum dilahirkan.
Tentu ini menjadi sentilan bagi kita bahwa sebelum menjadi orang tua/pendidik maka didiklah dirimu terlebih dahulu jauh hari sebelum engkau menjadi penddik, self reminder. Dalam masa-masa awal pertumbuhan, keluargalah yang paling penting untuk memberikan pengasuhan yang terbaik bagi si anak.
Tanggungjawab besar berada di pundaknya. Pundak mesti tegap untuk senantiasa memantau anak. Dalam proses tumbuh dan kembangnya seorang anak, orangtua memiliki peranan yang paling penting dalam proses parenting terhadap anak-anaknya karena pendidikan pertama bagi seorang anak adalah pendidikan rumah yang menjadi kewajiban bagi setiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya.
Tak bisa ditutupi bahwa kita juga butuh peran lain dalam hal mengedukasi. Ada masyarakat sebagai lingkungan kedua anak setelah rumah. Ada sekolah yang sekaligus menjadi tempatnya dididik secara formal.
Sebagaimana yang telah digaungkan oleh KI Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional bahwa keluarga, masyarakat dan sekolah sebagai tripusat pendidikan.
Ditambah lagi dengan semboyannya mengenai pendidikan. Ing ngarso sang tulada, di depan memberi contoh. Ing madya mangun karsa, di tengah memberikan semangat motivasi. Tut wuri handayani, di belakang memberi dorongan.
Banyak lagi konsep pendidikan yang kita miliki. Pada akhirnya pendidikan semestinya mampu mengimplementasikan nilai sipakatau, memanusiakan manusia, bermanfaat bagi manusia lain.
Maka melihat realitas yang terjadi sekarang ini, kita diperhadapkan dengan berbagai problematika, mulai dari persoalan kecil hingga persoalan besar.