Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Renungan Natal dan Akhir Tahun 2019

Persaudaraan sejati terbentuk dari panggilan kemanusiaan bahwa kita semua diciptakan menurut citra Allah sendiri (Kej. 1:26).

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Renungan Natal dan Akhir Tahun 2019
DOK
Aidan P. Sidik, Penulis adalah imam diosesan Keuskupan Agung Makassar - Alumnus Pontificio Università Urbaniana Roma - Italia

Persaudaraan sejati terbentuk dari panggilan kemanusiaan bahwa kita semua diciptakan menurut citra Allah sendiri (Kej. 1:26).

Perilaku dan tindakan yang mencederai nilai kemanusiaan harus dilawan dengan tindakan kasih dan persaudaraan sejati. Secara global maupun secara lokal kita dipanggil membangun dan memperkuat sendi-sendi persaudaraan sejati dalam berbagai bidang kehidupan ini.

Kita dipanggil untuk memberikan uluran tangan kepada sesama, terutama yang miskin, termarginalkan dan yang sangat membutuhkan uluran tangan sesamanya. Dalam konteks Indonesia, panggilan sebagai satu bangsa dan satu saudara merupakan sebuah harapan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, adil dan sejahtera.

Pengalaman hidup akan nilai kemanusiaan mengajari kita betapa pentingnya nilai solidaritas sesama insan di muka bumi ini. Saya teringat pengalaman pribadi ketika masih menempuh pendidikan di Yogyakarta. Pada 27 Mei 2006 Daerah Istimewa Yogyakarta dilanda gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5,9 skala richter.

Gempa dahsyat yang melulu-lantakkan Yogyakarta mengakibatkan 6.234 korban jiwa. Waktu itu, saya ikut menjadi relawan di wilayah Ganjuran dan Bantul tempat paling parah dihantam gempa tektonik waktu itu.

Hampir semua mahasiswa yang ada di Yogyakarta turun tangan saling bahu membahu. Membantu korban dan meringankan beban penderitaan mereka. Saya bersama mahasiswa dari Sulawesi Selatan terlibat penuh baik mengantar korban ke rumah sakit atau puskesmas terdekat, menyalurkan logistik, maupun menghibur anak-anak yang mengalami trauma pasca-gempa.

Di balik kepiluan bencana yang dashyat itu, saya sungguh terkesan melihat semangat solidaritas semua orang, terutama mahasiswa dengan beragam latar belakang budaya, agama dan etnis mulai dari Sabang sampai Merauke yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.

Mereka tanpa kenal lelah membantu saudara-saudari yang menjadi korban gempa bumi. Saya selalu bangga dan bahagia mengingat dan mengenang semangat persaudaraan sebagai putra-putri bangsa Indonesia yang ikut merasakan penderitaan sesama dengan terlibat langsung menyapa, menolong dan menghibur mereka yang luka, menderita dan hampir putus harapan.

Tidak ada lagi sekat pemisah karena perbedaan suku, budaya dan agama. Semua satu dalam solidaritas panggilan kemanusiaan membantu meringankan penderitaan sesama. Di penghujung tahun 2019 ini, saudara-saudari yang beragama Katolik dan Kristen merayakan Natal sebagai perayaan menyambut kelahiran Sang Juruselamat.

Kelahiran bayi kecil di Betlehem adalah wujud solidaritas tertinggi Allah kepada manusia yang menderita, miskin dan hampa di tengah-tengah dunia ini. KelahiranNya membawa harapan yang besar akan kehadiran Allah yang menyertai umatnya. Kita dipanggil untuk membangun, menjaga dan merawat semangat persaudaraan insani di tanah air Indonesia.

Semoga kita semua hidup rukun dan damai sebagai saudara, terus bergandengan tangan membangun bangsa ini menjadi lebih baik, makmur, adil dan sejahtera.

Semoga makna Perayaan Natal 2019 membawa berkat dan kegembiraan bagi kita untuk “Hidup sebagai sahabat bagi semua orang” (bdk. Yoh. 15:14-15) dan penuh suka cita memasuki Tahun Baru 2020. Selamat merayakan Natal 2019 dan Selamat memasuki Tahun Baru 2020. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved